Tetapi, kalau yang dibutuhkan teks lengkap, hanya oleh karena faktor space, bagian teks lainnya dihilangkan, tidak bagus juga. Justru ini yang menimbulkan masalah.
Diakui atau tidak, ini satu bentuk temuan pada penulis buku, yang sering kita jumpai. Mengutip teks dari media tertentu, tetapi tidak utuh. Padahal dalam kegiatan, meminta siswa untuk memahami isi teks. Ini tidak mungkin dapat dilakukan oleh siswa karena teksnya tidak lengkap.
Akan tetapi, bagi siswa yang kreatif tidak mengalami kendala. Sebab, siswa kreatif menemukan cara agar tetap mendapatkan informasi yang lengkap.
Caranya, ini yang dilakukan oleh siswa saya yang kreatif itu, gawai yang dimilikinya dimanfaatkan untuk berselancar di dunia maya. Tidak membiarkan saja "alat pintar" itu hanya untuk membuat status, ngegame, dan tiktok-an. Toh ada kuota dan juga ada alamat/tautan yang bisa dituju.
Berbeda dengannya
Namun sayang, seperti sudah disebutkan di atas, sebagian besar siswa dalam kelas itu belum memiliki pemikiran sekreatif dia. Padahal, mereka juga memiliki gawai.
Gawai yang dibawa ke sekolah, selama proses pembelajaran dimasukkan loker. Dari sini diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki gawai.
Hanya ketika dibutuhkan saat pembelajaran, gawai diambil dari loker. Setelah selesai digunakan, dikembalikan lagi ke loker.
Saat istirahat pun, gawai disimpan di loker. Kunci loker ditaruh di ruang guru. Gawai diambil saat pembelajaran berakhir. Cara begini dilakukan setiap hari masuk sekolah.
Boleh jadi siswa yang termasuk kelompok yang berbeda ini memang belum mengetahui yang semestinya mereka lakukan ketika menemui kendala (dalam belajar topik termaksud). Atau memang, kurang bersemangat dalam belajar.