Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dua Opsi Kurikulum bagi Sekolah, Lebih Efektif

26 Januari 2022   11:12 Diperbarui: 27 Januari 2022   05:44 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Pembelajaran di luar ruang yang ringan dan menyenangkan bagi siswa. (Dokumen pribadi)

Dalam rentang waktu sejak 2022 hingga 2024, pemerintah memberikan tiga opsi kurikulum bagi sekolah. Tentu saja sekolah hanya boleh memilih salah satu kurikulum untuk  diimplementasikan.

Sekolah boleh memilih Kurikulum 2013 secara penuh (selanjutnya disebut Kurikulum 2013) untuk kegiatan pembelajaran. Sekolah juga diizinkan menggunakan Kurikulum Darurat untuk kelangsungan pembelajaran. Dan, sekolah pun diperbolehkan menerapkan Kurikulum Prototipe untuk aktivitas pembelajaran.

Sebagai pengingat, Kurikulum Darurat ada dua. Pertama, Kurikulum Darurat versi pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Kedua, Kurikulum Darurat versi sekolah sendiri (mandiri). Keduanya penyederhanaan dari Kurikulum 2013.

Adanya tiga opsi penerapan kurikulum bagi sekolah seharusnya tak perlu. Sebab, capaian belajar siswa di sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013 tak lebih baik daripada capaian belajar siswa di sekolah yang menerapkan Kurikulum Darurat.

Gambaran itu berdasarkan survei Kemendikbudristek terhadap 18.370 siswa kelas 1-3 SD di 612 sekolah di 30 kabupaten/kota di 8 provinsi, yang dilakukan April hingga Mei 2021.

Sementara itu, hasil survei Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek, Juli 2021, tentang pembelajaran di masa pandemi jenjang pendidikan dasar dan menengah (Dikdasmen) menunjukkan catatan menarik berkaitan dengan penerapan kurikulum di sekolah.

Sebab, ada  59,2% sekolah menggunakan Kurikulum 2013; 31,5% sekolah menerapkan Kurikulum Darurat (penyederhanaan Kurikulum 2013 oleh Kemendikbudristek); 8,9% sekolah menggunakan Kurikulum Darurat (penyederhanaan Kurikulum 2013 secara mandiri); sisanya, 0,4% sekolah menggunakan kurikulum yang lain.

Data tersebut menunjukkan bahwa ada 59,2%  sekolah pengguna Kurikulum 2013, yang capaian belajar siswanya kurang baik. Sementara itu, ada 40,4% sekolah pengguna  Kurikulum Darurat (penyederhanaan Kemendikbudristek dan mandiri), yang capaian belajar siswanya lebih baik.

Melihat kenyataan itu, masih adanya opsi menggunakan Kurikulum 2013 bagi sekolah pada 2022 hingga 2024 mengisyaratkan bahwa capaian belajar siswa yang "kurang baik" akan bertambah panjang. Yang pernah terjadi pada 2021 akan terjadi pula pada 2022 sampai 2024.

Sekalipun, barangkali ada yang berbeda. Sebab, pada 2022, sekolah sudah melakukan pembelajaran tatap muka (PTM), bahkan ada yang sudah 100%. Sementara itu, pada tahun-tahun sebelumnya sekolah melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun