Seingat saya, demam dan mual tersebut terjadi pada hari kedua dan ketiga setelah vaksin. Hari keempat demam dan mual sudah mulai berkurang. Pada hari pertama (saat vaksin) justru tak ada gejala yang berat, hanya sedikit sakit di bekas suntikan.
Sekalipun hari kedua, ketiga, dan keempat demam dan mual, istri saya tetap bekerja. Sebab, masih dimungkinkan bisa bekerja. Hanya, tak lupa minum obat dan makan serta minum tetap dilakukan seperti biasa. Lambat laun demam dan mual itu mulai menghilang.
Namun, terus terang, saya tak tahu persis mengapa vaksin kesatu dan kedua tak berefek demam dan mual terhadap istri saya; sementara vaksin booster berefek demam dan mual? Tentu dokter yang bisa menjelaskan.
Saya dan kedua anak kami setelah vaksin kesatu dan kedua dengan Sinovac juga tak mengalami efek yang berarti. Kalau terasa sedikit sakit di bekas suntikan, itu sebagai hal yang wajar.
Tapi, bukan berarti efek yang dialami oleh istri saya sehabis vaksin booster, tak wajar. Wajar saja sebab  teman-temannya ternyata juga mengalami efek yang sedikit-banyak sama. Bahkan, efek demam dan mualnya ada yang lebih dari dua hari disertai rasa nyeri. Efek yang dialami oleh orang per orang ternyata berbeda.
Nah, berkaitan dengan vaksin booster, kepala sekolah pada saat apel pagi beberapa waktu yang lalu, menyampaikan berita mengenai pemerintah akan melakukan vaksin booster. Sebenarnya jauh-jauh hari sebelumnya, berita tentang vaksin booster di media massa sudah ada.
Pertanyaannya, kapan ya tenaga kependidikan  menerima vaksin booster? Hingga catatan ini saya tulis, saya belum mengetahui kapan vaksin booster untuk tenaga kependidikan akan dilakukan.
Berdasarkan berita di beberapa media, pada 12 Januari 2022 pemerintah berencana mulai melakukan vaksin booster. Tapi, Â hal itu belum bisa diketahui secara pasti kelompok masyarakat mana yang akan menerima vaksin booster terlebih dahulu.
Informasi yang bersifat umum sudah ada. Yaitu, vaksin booster akan diberikan kepada kelompok rentan/lanjut usia (lansia), dan juga penerima bantuan iuran (PBI) BPJS Kesehatan.
Kalau tenaga kesehatan dan pendukung kesehatan  sudah mendapat vaksin booster, mungkin tenaga kependidikan segera menyusul. Hehehe. Sebab, tenaga kependidikan cenderung berada di lingkungan banyak orang.
Oleh karena itu, saya memandang vaksin booster penting bagi tenaga kependidikan. Sebab, tenaga kependidikan berhubungan langsung dengan banyak orang (baca: siswa).