Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy Artikel Utama

Vaksin Booster Penting Juga bagi Tenaga Kependidikan

7 Januari 2022   19:58 Diperbarui: 9 Januari 2022   10:18 339 11
Saya sudah vaksin dua kali. Kedua anak kami juga sama, vaksin dua kali. Saya vaksin di kelompok tenaga kependidikan. Si sulung vaksin di perusahaan tempatnya bekerja. Si bungsu vaksin di rumah sakit, tempat istri bekerja. Rumah sakit tersebut memang menyediakan layanan vaksin untuk keluarga karyawan.

Saya dan teman-teman tenaga kependidikan  lainnya vaksin di klinik. Kebetulan letak sekolah,  tempat kami bekerja, dekat dengan sebuah klinik kesehatan. Jarak sekolah dengan klinik tersebut tak ada satu kilometer.

Jadi, kalau ditempuh dengan jalan kaki, tak membuat lelah. Maka, ketika jadwal vaksin, kami  berjalan kaki ke klinik untuk menerima vaksin. Baik vaksin kesatu maupun kedua. Proses vaksin kesatu dan kedua berhasil.

Namun, ada satu teman guru yang tak berhasil vaksin. Karena, baik menjelang vaksin kesatu maupun kedua, tensi darahnya tinggi. Tapi ternyata, katanya, tensi darah yang cenderung tinggi tersebut dialaminya sejak masih muda (sebelum menikah).

Oleh petugas (baca: dokter) vaksin, ia dianjurkan konsultasi ke dokter spesialis. Tentu maksudnya agar ada solusi untuk tensi darah tingginya sehingga ia bisa vaksin. Tapi, hingga catatan ini saya tulis, ia belum vaksin. Semoga saja segera ada jalan keluar sehingga bisa vaksin seperti kami.

Vaksin lengkap (dua kali) yang sudah dilakukan diyakini mengurangi penyebaran virus Covid-19. Tapi, agar lebih mujarab, dilakukan vaksin ketiga, yang dikenal dengan istilah vaksin booster.

Saya dan kedua anak kami berhenti di vaksin kedua. Sementara itu, istri saya sudah vaksin ketiga. Ia sudah menerima vaksin booster. Memang demikian yang dianjurkan oleh pemerintah  kepada semua tenaga kesehatan dan pendukung kesehatan, menerima vaksin booster.

Kita tahu bahwa tenaga kesehatan dan pendukung kesehatan memiliki risiko terberat pada masa pandemi Covid-19. Karena, mereka berhadapan langsung dengan pasien. Jadi, sangat mudah terpapar virus Covid-19. Upaya memberi vaksin booster adalah upaya melindungi mereka.

Ketika kelompok masyarakat lain belum vaksin  lengkap atau bahkan sama sekali belum vaksin, tenaga kesehatan dan pendukung kesehatan sudah menerima vaksin booster, seperti istri saya. Istri saya bilang, saat vaksin booster menggunakan jenis vaksin yang berbeda dengan vaksin kesatu dan kedua.

Vaksin kesatu dan kedua menggunakan vaksin Sinovac. Saat vaksin booster menggunakan jenis vaksin Moderna. Saya menyaksikan sendiri terjadi efek yang berbeda pada istri saya. Sehabis vaksin kesatu dan kedua, istri saya tak mengalami efek yang berarti.  Tapi, sehabis vaksin booster, istri saya mengalami demam dan mual.

Seingat saya, demam dan mual tersebut terjadi pada hari kedua dan ketiga setelah vaksin. Hari keempat demam dan mual sudah mulai berkurang. Pada hari pertama (saat vaksin) justru tak ada gejala yang berat, hanya sedikit sakit di bekas suntikan.

Sekalipun hari kedua, ketiga, dan keempat demam dan mual, istri saya tetap bekerja. Sebab, masih dimungkinkan bisa bekerja. Hanya, tak lupa minum obat dan makan serta minum tetap dilakukan seperti biasa. Lambat laun demam dan mual itu mulai menghilang.

Namun, terus terang, saya tak tahu persis mengapa vaksin kesatu dan kedua tak berefek demam dan mual terhadap istri saya; sementara vaksin booster berefek demam dan mual? Tentu dokter yang bisa menjelaskan.

Saya dan kedua anak kami setelah vaksin kesatu dan kedua dengan Sinovac juga tak mengalami efek yang berarti. Kalau terasa sedikit sakit di bekas suntikan, itu sebagai hal yang wajar.

Tapi, bukan berarti efek yang dialami oleh istri saya sehabis vaksin booster, tak wajar. Wajar saja sebab  teman-temannya ternyata juga mengalami efek yang sedikit-banyak sama. Bahkan, efek demam dan mualnya ada yang lebih dari dua hari disertai rasa nyeri. Efek yang dialami oleh orang per orang ternyata berbeda.

Nah, berkaitan dengan vaksin booster, kepala sekolah pada saat apel pagi beberapa waktu yang lalu, menyampaikan berita mengenai pemerintah akan melakukan vaksin booster. Sebenarnya jauh-jauh hari sebelumnya, berita tentang vaksin booster di media massa sudah ada.

Pertanyaannya, kapan ya tenaga kependidikan  menerima vaksin booster? Hingga catatan ini saya tulis, saya belum mengetahui kapan vaksin booster untuk tenaga kependidikan akan dilakukan.

Berdasarkan berita di beberapa media, pada 12 Januari 2022 pemerintah berencana mulai melakukan vaksin booster. Tapi,  hal itu belum bisa diketahui secara pasti kelompok masyarakat mana yang akan menerima vaksin booster terlebih dahulu.

Informasi yang bersifat umum sudah ada. Yaitu, vaksin booster akan diberikan kepada kelompok rentan/lanjut usia (lansia), dan juga penerima bantuan iuran (PBI) BPJS Kesehatan.

Kalau tenaga kesehatan dan pendukung kesehatan  sudah mendapat vaksin booster, mungkin tenaga kependidikan segera menyusul. Hehehe. Sebab, tenaga kependidikan cenderung berada di lingkungan banyak orang.

Oleh karena itu, saya memandang vaksin booster penting bagi tenaga kependidikan. Sebab, tenaga kependidikan berhubungan langsung dengan banyak orang (baca: siswa).

Apalagi saat ini sudah diberlakukan pembelajaran tatap muka (PTM), yang tentu saja setiap hari,  guru, karyawan sekolah, dan siswa bertemu. Hal ini sama persis yang terjadi di kampus-kampus.

Memang, sekolah dan kampus berbeda dengan rumah sakit. Sekolah dan kampus tempat untuk belajar orang-orang yang kondisinya sehat walafiat dalam bimbingan dan pendampingan tenaga kependidikan.

Sementara itu, rumah sakit tempat orang-orang sakit yang dirawat oleh tenaga kesehatan dan layanan pendukung kesehatan. Karenanya tenaga kesehatan dan pendukung kesehatan memiliki risiko terpapar Covid-19 lebih besar ketimbang tenaga kependidikan.

Sekarang tinggal menunggu langkah pemerintah memberikan vaksin booster kepada warga bangsanya. Semoga tenaga kependidikan disegerakan ya. Atau, siapa pun yang menerima vaksin booster kali ini harus siap dan suka cita. Sebab, vaksin booster dapat membangun kesehatan. Tidak hanya kesehatan untuk diri sendiri, tetapi lingkungan dan bangsa.

Dan ingat, efek yang timbul karena vaksin booster ternyata tidak seberapa dibandingkan dengan kalau orang terpapar virus Covid-19. Si sulung harus isolasi 14 hari di kost-kostan di Bandung ketika dinyatakan terpapar virus Covid-19. Tidak masuk bekerja dan seperti terpenjara. Kami yang di rumah sangat sedih dan khawatir.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun