Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mempertahankan Zona Nyaman yang Tak Merugikan

20 Oktober 2021   18:27 Diperbarui: 20 Oktober 2021   23:54 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi zona nyaman | Sumber: Shutterstock.com/WindNight 

Saya tak memikirkan tentang komentar istri mengenai rambut saya satu bulanan (nanti) setelah potong. Kalau memang sudah acak-acakan, ya potong lagi.

Saya merasa sudah nyaman dengan model potong rambut saya selama ini. Keyakinan  saya mencoba potong rambut dengan ukuran sama semua (sependek ukuran rambut kepala bagian bawah) karena saya tak berani keluar dari zona nyaman itu. Tapi, tahukah Anda model potong rambut saya selama ini justru lebih disukai Cak pemotong rambut. Karena katanya, saya pasti datang setiap bulannya kepadanya untuk bercukur rambut. Hehehe modus ini.

Dengan mengatakan seperti itu, Cak pemotong rambut akhirnya juga tetap berada di zona nyaman. Sebab, kalau saya potong sama semua sependek rambut kepala bagian bawah, bisa-bisa dua bulan lebih saya baru bercukur lagi kepadanya. Tentu saja ia lebih nyaman setiap bulan saya bercukur kepadanya daripada setiap dua bulan saya baru bercukur.

Tapi, saya yakin, andai saya dua bulan baru bercukur kepadanya atau bahkan saya tak lagi  bercukur sama sekali kepadanya, tak akan mengurangi zona nyamannya. Sebab, ia sudah memiliki banyak pelanggan. Saya tak datang kepadanya, akan datang yang lain kepadanya dengan jumlah berlipat.

Zona nyaman sejauh tak merugikan baik diri sendiri maupun orang lain, tak menjadi persoalan. Sebab, tiap-tiap orang tentu menginginkan zona nyaman dalam keberadaannya. Tapi, zona nyaman yang akhirnya dapat merugikan diri sendiri, saya setuju untuk ditinggalkan.

Adakah zona nyaman yang dapat merugikan diri sendiri? Ada. Misalnya, Anda selama ini sudah merasa nyaman mengetik dengan mesin ketik kuna, sementara sudah disediakan komputer yang bisa untuk mengetik. 

Kalau Anda tak mau meninggalkan mesin ketik kuna untuk beralih ke komputer, Anda pasti akan mengalami kerugian bahkan penderitaan.

Betapa tidak, seiring perkembangan zaman, penyelesaian pekerjaan dituntut segera rampung dan ini tak mungkin diselesaikan dengan menggunakan piranti kuna. Yang dapat membantu segera menyelesaikannya adalah piranti terkini. 

Dan, piranti terkini dapat digunakan kalau diikuti dengan orang mau belajar. Bukankah orang yang mau belajar adalah orang yang berani keluar dari zona nyaman?

Zona nyaman yang merugikan orang lain juga ada. Mungkin jumlahnya sangat banyak. Artinya, sangat banyak orang atau pihak yang melakukannya. Karena telah merasakan dan menikmati kenyamanan, orang lain yang memiliki peluang untuk mengganti "tempatnya" tak dapat menggantikannya. Bahkan, tak mustahil orang yang memiliki peluang itu justru dirintangi agar kenyamanan tak berpindah ke orang lain.

Kenyamanan pindah ke orang lain, bisa. Tapi, umumnya ke orang-orang yang masih memiliki pertalian. Bahkan, mengenai hal yang satu ini seakan diprogramkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun