Mohon tunggu...
Sungkowo
Sungkowo Mohon Tunggu... Guru - guru

Sejak kecil dalam didikan keluarga guru, jadilah saya guru. Dan ternyata, guru sebuah profesi yang indah karena setiap hari selalu berjumpa dengan bunga-bunga bangsa yang bergairah mekar. Bersama seorang istri, dikaruniai dua putri cantik-cantik.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mempertahankan Zona Nyaman yang Tak Merugikan

20 Oktober 2021   18:27 Diperbarui: 20 Oktober 2021   23:54 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi zona nyaman | Sumber: Shutterstock.com/WindNight 

Perkataan saya, "Seperti yang dulu, ya Cak", sepertinya tak dapat diwujudkan. Mungkin tukang potong rambutnya "lupa". 

Tentu hal itu sangat mungkin sebab pelanggannya banyak, untuk mengingat satu per satu pasti membutuhkan keahlian khusus. Ia harus memiliki daya ingat yang kuat. Yaitu, mengingat model potong rambut setiap pelanggannya. 

Saya sendiri andai menjadi tukang potong rambut dan memiliki banyak pelanggan, tak mungkin dapat mengingatnya satu per satu.Tapi, mungkin bisa ingat untuk pelanggan-pelanggan tertentu. Misalnya, pelanggan yang sangat tua, sangat muda, rupawan, banyak omong, pendiam, dan pelanggan lain yang memiliki kekhususan. Hanya, kekhususan seperti itu tak selalu menjamin tukang potong  rambut selalu ingat model potong rambut mereka, saking banyaknya pelanggan dan perihal daya ingat.

Tapi, tukang potong rambut saya selama ini selalu ingat. Setiap saya bercukur, mendapatkan hasil yang sama dengan potong yang dulu-dulu. Model rambut tetap, yaitu pendek rapi. Sekalipun pendek rapi, tidak semua rambut di kepala dipotong dengan ukuran yang sama. 

Rambut kepala bagian bawah lebih pendek daripada bagian atas. Saya tak mengetahui selisihnya. Tapi, saat saya menyisirnya, ukuran panjang pendeknya terlihat. 

Keanehan itu saya temukan sejak dulu. Tapi, saya tak pernah protes. Atau, sebatas bertanya pun juga tidak. Sebab ketika saya pandang rambut saya sudah rapi, jadi tak penting untuk mempermasalahkannya.

Hanya, saya merasa beberapa kali setiap satu bulanan sehabis potong rambut, istri saya mengomentari rambut saya sudah panjang. 

Saya selalu heran sebab rasanya belum lama prosesi bercukur saya lakukan, kok sudah panjang. Tapi, saat saya sisir dan raba-raba, memang terasa sudah panjang, terutama rambut kepala bagian atas.

Kata istri saya, sekalipun yang panjang hanya rambut kepala bagian atas, tetap tak pantas dipandang karena terlihat kusut. Saya sebetulnya juga merasakan ketaknyamanan berkaitan dengan itu. Setiap mencopot helm misalnya, rambut terlihat tak beraturan, pun ketika terhempas angin, begitu acak-acakan.

Maka, saat potong rambut beberapa waktu lalu, saya secara berkelakar bilang kepada Cak pemotong rambut begini, "Cak, kalau rambut saya dipotong dalam ukuran sama semua, bagaimana? Masih pantas atau tidak?"

Cak pemotong rambut mengatakan kalau ingin melihat hasilnya harus dicoba. Mendengar kata "dicoba", saya tak yakin. Tak yakin hasilnya lebih pantas daripada model selama ini. Jadi saya masih potong rambut model biasanya, rambut bagian atas sedikit lebih panjang daripada bagian bawah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun