Ketika Barack Obama menjadi presiden Amerika Serikat ( AS ), saya sangat ingin mengirim batik abstrak buatan tangan saya sendiri kepada penguasa Gedung Putih itu.
Tetapi karena tak kunjung mendapatkan ide, yang tepat, untuk satu motif saja batik abstrak yang pas dan cocok untuk Barack Obama, maka niat mengirim kain batik abstrak kepada Sang Presiden Negara Adi Kuasa, itupun tinggal impian.
Kenapa harus Barack Obama, bukan Raja Saudi, atau Presiden Philipina? Saya berpikir, Barack Obama sedikit tahu tentang Indonesia dengan latar budayanya. Dan tentu juga tahu tentang dinamika batik Nusantara.
Kedua, saya pengin ada sensasi, biar menjadi berita dunia. "Barack Obama menerima paket misterius dari warga negara Indonesia " atau " Barack Obama membuka dengan hati-hati sebuah bingkisan aneh dari warga Indonesia" atau "FBI meneliti dengan seksama bingkisan dari orang tak dikenal, berupa selembar kain batik abstrak", dst.
Saya kepingin banget ada berita itu. Tetapi sekali lagi gagasan itu musnah, Barack Obama sudah lengser keprabon. Artinya, ide menduniakan batik abstrak harus saya pikir ulang metodenya. Saya tetap optimis bisa mendapatkan ide baru yang lebih segar untuk target men-dunia-kan batik abstrak khususnya buatan tanganku Rumah Batik Abstrak SEKAR BATU, yang beralamat di Dsn Bleberan, Desa Banaran, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta, Indonesia.
Tapi, ide itupun sirna, karena kain batik abstrak motif unik Salam Tiga Jari, disukai sangat disukai tamu saya dari Kuala Lumpur, Malaysia, Tuan Abdul Karim. Karena hanya ada dua lembar saya ( limited edition ) dan semua disukai, saya tidak mau mengecewakan tamuku yang terhormat.
Peristiwa itu berlalu sudah. Kini keinginan mengirim kado kain batik abstrak produksi Rumah Batik SEKAR BATU, kembali menguat. Kenapa, kembali saya ingin sensasi yang produktif, yakni agar presiden tahu bahwa batik itu karya seni yang terus berubah dan berkembang seiring perjalanan zaman. Yang motifnya, cara mengerjakannya, warnanya, coraknya, harus mengikuti perkembangan selera zaman, karena pada hakekatnya batik adalah bahan sandang.
Batik bukan benda keramat yang tidak boleh di "hajar" diobrak abrik seperti keris pusaka Kraton Yogyakarta. Presiden harus turut mendorong, industri sandang berbasis batik, melalui karya-karya "ngawur" karya yang "ngaco" yang namanya batik abstrak atau batik lukis. Karena batik abstrak memang keluar dari pakem batik, tanpa pakem motif, dan tidak harus memiliki nama untuk motif yang diproduksi.
Bukan jenis motif parang, truntum, dlereng, sekar jagat, wahyu tumurun atau sejenisnya sebagaimana motif batik jadul.
Beberapa waktu terakhir ini, keinginan mengirim batik abstrak / lukis kepada presiden benar-benar menggelegak. Tujuannya hanya satu, batik abstrak yang saya rintis sejak dua tahun terakhir ini bisa menjadi trend baru dunia industri batik tanah air, dan menjadi pemecah kebuntuan pasar sandang batik yang terus berjalan di tempat, atau istilah para buruh batik adalah " habis umur, tua di dapur batik".
Saya tengah menyiapkan sejumlah motif dengan warna yang cocok untuk Presiden Joko Widodo, Ibu Iriani, hasil pengamatan saya Presiden Jokowi rasanya tidak memiliki warna favorit untuk baju-baju batiknya.
Semoga aksi ini benar-benar menjadi sensasi produktif dan tentu manfaat bagi saya pribadi, teman teman saya yang sepakat dalam Paguyuban Perajin Batik Abstrak Kabupaten Kulonprogo, syukur syukur memberi manfaat bagi para pelaku usaha batik sealiran di manapun berada.
Salam hangat
Pak Dhe Gondo
BATIK SEKAR BATU