Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Istri Salihah, Menjaga Aib Suami

15 Februari 2015   15:23 Diperbarui: 4 April 2017   17:12 13619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1423963320544450035

[caption id="attachment_397081" align="aligncenter" width="480" caption="ilustrasi : www.pinterest.com"][/caption]

Salah satu hal yang harus dijaga dalam kehidupan rumah tangga adalah saling menjaga dan merawat kepercayaan di antara suami dan isteri, agar kehidupan keluarga bisa harmonis dan langgeng. Sangat banyak cara merawat kepercayaan antara suami dan isteri, di antaranya adalah dengan jalan menjaga privasi dan rahasia masing-masing. Jika suami dan isteri senang membuka kelemahan pasangan, akan menyebabkan kepercayaan menjadi hilang dan mengancam keharmonisan rumah tangga.

Di antara karakter istri salihah adalah mampu menjaga aib suami, serta tidak membuka kepada siapapun. Aib atau kesalahan, kekurangan dan kelemahan suami harus ditutup, tidak untuk diceritakan kepada siapapun tanpa alasan yang bisa dibenarkan. Banyak istri memiliki kebiasaan curhat kepada teman kerja, atau sahabat, atau keluarga. Bahkan ada yang mengobral aib suami melalui sosial media. Tindakan ini justru bisa membuat masalah semakin keruh dan runyam serta sulit diuraikan.

Pada dasarnya, tidak ada seorangpun yang senang aibnya dibuka atau diceritakan kepada orang lain. Aib adalah sesuatu yang membuat malu apabila diketahui orang lain. Membuat jatuhnya kewibawaan atau kehormatan apabila dibongkar ke masyarakat luas. Maka semua orang ingin aibnya ditutup dan disembunyikan. Tidak rela kalau ada yang membongkar aibnya. Apalagi dilakukan oleh istri sendiri, yang tentu paling banyak mengetahui keklurangan dan kelemahan suami.

Menyebarkan Aib Pasangan Tanpa Sadar

Kadang-kadang, menceritakan kelemahan suami ini terjadi secara tidak sadar. Karena bermula dari mengobrol dengan teman kerja, atau mengobrol dan curhat dengan teman, akhirnya berujung membuka rahasia suami secara vulgar dan detail. Semula hanya bercerita berdua saja, namun berkembang menjadi obrolan terbatas di sebuah grup WhatsApp. Begitu sudah menjadi bahan obrolan di grup WhatsApp atau BBM, hal ini berpeluang besar untuk menyebar secara luas tanpa bisa dikendalikan.

Alkisah, keluarga Budi dan Novi tengah mengalami ketegangan hubungan. Mereka tidak nyaman berkomunikasi, sering muncul salah paham, dan berujung pertengkaran. Dalam kondisi sedang ada masalah itu, Novi mencari tempat curhat. Di kantor tempatnya bekerja, ia menemukan seorang teman yang sangat nyaman diajak mengobrol dan dijadikan tempat curhat. Namanya Wulan,  seorang wanita, sekretaris di kantor tempat Novi bekerja.

Ketika curhat, semua kelemahan dan kesalahan Budi diungkapkan secara gamblang dan vulgar. Novi menumpahkan semua kekesalan hatinya kepada Wulan. “Budi itu sangat egois. Orangnya keras kepala dan maunya menang sendiri. Sudah begitu, kalau tidur mendengkur keras sekali, sampai membuat saya sulit tidur.  Kebiasaan buruknya, kalau habis main di ranjang, langsung ngorok tidur. Aku kan maunya diajak ngobrol dulu”, keluh Novi kepada Wulan.

Setiap hari Novi menceritakan perilaku Budi, semua hal yang negatif dari Budi diceritakan semua, tanpa sisa. Karena hal itu dilakukan setiap hari, tanpa terasa Wulan ikut merasakan kesedihan seperti yang dirasakan Novi, dan memiliki kemarahan seperti yang dimiliki Novi. Wulan pun merasa tidak tahan dengan kondisi Novi yang diperlakukan secara tidak baik oleh Budi, sehingga Wulan menceritakan semua curhat Novi kepada suaminya, Andri.

Setiap malam menjelang tidur, Wulan selalu menyempatkan bercerita tentang kesedihan Novi kepada Andri. Sampai akhirnya Andri ikut merasa sedih dan marah kepada Budi. Secara sepihak, Andri telah menjatuhkan vonis dan penilaian bahwa Budi memiliki banyak perilaku negatif kepada Novi. Menurut Andri, Budi telah melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap Novi. Andri yang sebelumnya memiliki hubungan yang sangat baik dengan Budi, akhirnya menjadi terpengaruh. Perlahan Andri menjauh dari Budi, karena menganggap Budi orang yang jahat.

Wulan bukan hanya menceritakan hal itu kepada Andri, namun ia juga menceritakan kondisi keluarga Budi kepada teman-teman kerjanya. Teman-teman di kantor Novi, secara diam-diam mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi Novi, dan spontan mereka memihak kepada Novi. Mereka menyalahkan Budi yang arogan dan memiliki banyak kebiasaan buruk di rumah.

Lihatlah, kelemahan dan kekurangan Budi akhirnya tersebar kemana-mana. Novi yang harusnya menjaga nama baik suami, menjaga wibawa suami, namun ternyata justru menceritakan semua aib Budi kepada orang banyak, tanpa sadar.

“Khusus untuk Kamu, Jangan Disebar”

Setiap manusia pasti memiliki kekurangan dan kelemahan. Tidak ada manusia yang sempurna, tanpa kekurangan dan kesalahan. Dalam setiap konflik suami dan isteri, selalu ada sahap masalah dari kedua belah pihak. Besar kecilnya saham bisa berbeda, namun saham selalu berasal dari kedua belah pihak.

Justru karena menyadari bahwa suami dan isteri memiliki kekurangan dan kesalahan itulah, sudah selayaknya suami tidak boleh menceritakan kelemahan isterinya kepada orang lain, sebagaimana isteri tidak boleh menceritakan kelemahan suaminya kepada orang lain. Perbuatan itu, satu sisi masuk kategori menggunjing yang tercela, sisi lain akan menyebabkan tersebarnya aib atau kelemahan pasangan kepada orang-orang yang tidak berhak mendengar.

Kadang ada komunikasi melalui gadget yang diawali dengan kalimat “Cerita tentang rahasia suamiku ini hanya aku share khusus untuk kamu saja sebagai sahabat yang aku percaya. Tolong jangan dishare kepada yang lain”. Namun ternyata, sahabat pertama yang mendapatkan cerita rahasia tersebut mengirim pesan tersebut kepada “sahabat kedua”, dengan awalan yang sama. Karena menganggap isi cerita tersebut sangat eksklusif, sahabat kedua ini pun mengirim kepada sahabat ketiga, dan begitu seterusnya tanpa terkendali penyebaran ceritanya.

Uniknya, cerita rahasia suami tersebut beredar pada banyak orang, dengan awalan yang sama persis : “Cerita tentang rahasia suamiku ini hanya aku share khusus untuk kamu saja sebagai sahabat yang aku percaya. Tolong jangan dishare kepada yang lain”. Jadi awalan seperti itu ternyata tidak ada manfaatnya sama sekali. Karena orang pertama yang mendapatkan kiriman pesan itu berpikir, “Kalau istri sendiri saja sudah membuka rahasia suaminya ke aku, apalagi aku yang bukan istrinya”. Jadi, ia merasa lebih ringan dan tidak punya beban ketika menyebar berita tersebut. Yang penting sudah diberi pesan awal tadi, agar ia merasa sudah memberi peringatan kepada sahabat yang dikirimi pesan.

Rahasia suami harus selalu dijaga dengan baik, jangan sampai dijadikan komoditas untuk diumbar dan dibuka kepada orang lain. Perbuatan menceritakan kelemahan dan kekurangan suami itu tidak akan menyelesaikan masalah, bahkan bisa menimbulkan permasalahan baru yang lebih kompleks. Apalagi ketika menggunjing suami ini menjadi semacam kesenangan atau kegemaran yang dilakukan di sembarang tempat. Ini akan membuat semakin rumitnya persoalan.

Menceritakan Aib Hanya dalam Konteks Hukum dan Mediasi

Rahasia suami hanya bisa disampaikan dalam konteks yang sangat khusus, misalnya dalam konteks hukum dan mediasi. Yang dimaksud konteks hukum adalah apabila ada perselisihan suami dan isteri yang sampai di bawa ke pengadilan, maka di pengadilan itu sajalah masing-masing bisa menyampaikan kondisi pasangan. Saat berlangsung sidang talak atau sidang gugat cerai, maka hakim akan bertanya dengan detail dan pasangan suami istri harus menjawab dengan jujur di pengadilan. Ini tentu akan membuka aib pasangan. Namun alasan membuka aib dalam konteks hukum ini bisa diterima dan dibenarkan.

Alasan kedua dibolehkannya membuka aib pasangan adalah dalam konteks mediasi, yaitu ketika suami dan isteri bersepakat untuk menyelesaikan masalah mereka melalui jasa pihak ketiga, misalnya psikolog, konselor, ustadz, atau psikiater. Mereka berdua merasa memerlukan bantuan pihak ketiga yang dipercaya untuk memediasi persoalan rumah tangga mereka. Saat melakukan proses mediasi ini, para konselor akan meminta masing-masing bercerita dengan detail yang tentu akan membuka aib pasangan. Alasan membuka aib dalam konteks mediasi ini juga bisa diterima dan dibenarkan.

Di hadapan pengadilan atau di hadapan konselor masing-masing pihak bisa menyampaikan kondisi pasangan secara terbuka, karena bersifat profesional. Bukan curhat harian, bukan curhat kantoran, atau curhat jalanan. Jangan pernah terbiasa melakukan curhat secara terbuka yang membuat aib suami menjadi tersebar bebas tanpa kendali. Jangan pernah curhat kepada orang yang tidak ahlinya, yang menyebabkan aib suami diketahui banyak orang. Kalau mau curhat lakukan kepada pihak profesional yang memiliki kompetensi untuk membantu menyelesaikan persoalan suami dan isteri tersebut.

Jika masih ada yang hobi menceritakan kelemahan dan kekurangan pasangan, mari segera berhenti. Introspeksi diri, istighfar dan taubat, dan yang lebih penting, jangan pernah ulangi lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun