Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Emang Enak Jadi Janda?

26 Mei 2015   06:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:35 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1432596468285647661

[caption id="attachment_420248" align="aligncenter" width="620" caption="ilustrasi : www.telegraph.co.uk"][/caption]

Perceraian selalu menyakitkan. Tidak ada orang yang ingin –apalagi senang-- bercerai. Namun kondisi dan situasi tertentu menyebabkan pasangan suami dan istri terpaksa menempuh jalan terakhir untuk berpisah. Kadang ada situasi emosional saat memutuskan untuk bercerai, karena terlibat dalam konflik berkepanjangan yang tidak bisa mereka selesaikan. Ada pula yang memang sudah dipikir masak-masak dan didiskusikan dengan konselor serta mediator, namun semua usaha untuk bersatu telah buntu.

Ketika persoalan hidup berumah tangga sedemikian rumit dan sulit dipecahkan, kadang terbersit pikiran pintas, cerai saja. Daripada hidup berumah tangga tetapi menderita, lebih baik berpisah namun lebih bahagia. Sebelum memutuskan untuk bercerai, pikirkan berulang kali, sembari menelaah beberapa hal berikut ini.

1.Perceraian adalah perbuatan halal yang dibenci Allah

Cerai adalah perbuatan yang halal, namun dibenci Allah. Walaupun boleh secara hukum, namun mengandung implikasi yang berat, yaitu “dibenci Allah”. Nabi Saw bersabda:

أَبْغَضُ الْحَلَالِ إلَى اللَّهِ الطَّلَاقُ

“Perkara halal yang paling dibenci oleh Allah adalah perceraian” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Baihaqi, Ibnu ‘Adi).

Para ulama menyatakan, status hadits ini dha’if (lemah), namun maknanya shahih. Syaikh Al-Arnaa’uuth menjelaskan, “Akan tetapi bersamaan dengan keterputusan sanadnya, hadits ini dijadikan hujjah di sisi para imam yang tiga, Abu Haniifah, Malik dan Ahmad, jika dalam bab ini tidak ada hadits yang menyelisihinya.” Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin berkata : “Hadits ini tidaklah shahih akan tetapi maknanya shahih, karena Allah Ta’ala membenci perceraian namun Dia tidak mengharamkan perceraian atas para hambaNya untuk mempermudah mereka”.

Maka, jangan hanya terpaku pada kalimat “perbuatan halal” saja, namun harus dipahami betul bahwa cerai adalah sesuatu yang dibenci Allah. Betapa sedih dan sengsara, jika melakukan perbuatan yang dibenci oleh Allah. Maka jangan melakukannya, kecuali jika memang sudah tidak ada jalan lain lagi yang bisa ditempuh untuk tetap bersatu.

2.Pikirkan masa depan anak-anak

Perceraian selain dibenci oleh Allah, juga menimbulkan kekecewaan pada anak-anak. Apapun alasan perceraian, tetap akan menimbulkan luka pada diri anak. Kadang muncul persidangan terkait rebutan hak pengasuhan anak oleh pasangan suami istri yang bercerai. Suasana rebutan ini juga semakin membuat tidak nyaman pada anak-anak.

Pada dasarnya semua anak ingin diasuh secara baik oelh kedua orang tua mereka. Anak-anak tidak ada yang senang hidup hanya dengan ibu, atau hanya dengan ayah. Mereka tidak akan mampu memilih, karena mereka ingin hidup bersama ibu dan ayah secara bersama. Mereka juga tidak ingin menyaksikan ayah dan ibu dalam kondisi konflik. Perceraian akan memberikan suasana traumatis pada anak-anak ketika dewasa dan akan menikah, apalagi ketika diasuh secara single parent membuat mereka merasakan banyak kesedihan.

3.Menjadi janda atau duda itu tidak enak

Menjadi duda atau janda itu tidak enak. Berbeda dengan mereka yang masih lajang dan belum merasakan pernikahan, maka para duda dan janda menghadapi lebih banyak tantangan. Beberapa waktu yang lalu, seorang janda single parent menceritakan bagaimana tidak enaknya menjadi janda.

"Walaupun saya janda, namun saya selalu menasehati orang lain jangan sampai mereka bercerai", ujar seorang wanita paruh baya. "Keluarga harus dipertahankan semaksimal mungkin. Jangan sampai berpisah seperti saya", tambahnya.

"Mengapa anda demikian yakin dengan nasehat tersebut?" tanya saya.

"Karena saya sudah merasakan tidak enaknya menjadi janda, Pak Cah", jawabnya.

"Apa saja tidak enaknya?" tanya saya.

"Ada empat hal tidak enaknya menjadi janda. Pertama, tidak ada yang dimarahi setiap hari. Kalau punya suami kan ada yang dimarahi", jawabnya. Saya tidak bisa menahan rasa geli mendengar jawaban ini. Saya tertawa lepas. Lucu sekali rasanya. Ternyata fungsi suami adalah untuk dimarahi. Kasihan benar suaminya....:)

"Kedua, jadi janda itu selalu menjadi bahan omongan. Orang-orang suka ngomongin janda. Apapun yang terjadi pada janda itu. Ketiga, sering dianggap sumber fitnah atau masalah. Teman kerja saya tidak ada yang mau dekat-dekat dengan saya karena takut terkena gosip dan fitnah. Dan keempat, tidak ada pasangannya kalau pengen bercinta", tambahnya.

"Maka jangan sampai orang lain mengalami nasib seperti saya", tutupnya.

Tentu masih ada sejumlah hal yang tidak enak menjalani kehidupan sebagai janda ataupun duda. Hal ini harus dipertimbangkan secara serius oleh semua pasangan suami istri. Jangan mempermudah terjadinya perceraian. Pada prinsipnya, jalan menuju cerai harus dipersempit dan dipersulit. Tidak boleh dibuka lebar dan dipermudah. Yang harus dipermudah adalah jalan menuju pernikahan, bukan perceraian.

Bahan Bacaan :

https://muhandisun.wordpress.com/2014/03/27/perkara-halal-yang-dibenci-allah-adalah-perceraian/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun