Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cerita tentang Tamu-tamu Istimewa Kami

6 Mei 2022   22:33 Diperbarui: 6 Mei 2022   22:36 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyuguh Tamu Sesuai Kemampuan

"Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) kisah tamu Ibrahim yang dimuliakan. (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan, 'Salamun', Ibrahim menjawab 'Salamun', kamu adalah orang-orang yang tidak dikenal. Maka, dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang dibakar) lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim berkata, 'Silakan kamu makan'" (QS. Adz-Dzariyat: 24-27).

Di antara adab terhadap tamu adalah memberikan hidangan atau suguhan sesuai kemampuan tuan rumah. Nabi Ibrahim memberikan hidangan istimewa, anak sapi panggang. Bahkan anak sapinya gemuk. Ini sebuah penghormatan kepada tamu, namun sekaligus sesuai kondisi keluarga Nabi Ibrahim.

Ungkapan ayat "faragha ila ahlihi", maksudnya adalah Ibrahim pergi dengan diam-diam menemui keluarganya. Saat tamu dipersilakan duduk, Ibrahim segera masuk ke bagian dalam rumah menemui istrinya, lalu menyiapkan sapi panggang. "Fa ja-a bi 'ijlin samin", maksudnya kemudian Ibrahim kembali menemui tamu sambil membawanya daging anak sapi gemuk.

Dalam surat Hud ayat ke 69, menggunakan teks "fama labitsa an ja-a bi 'ijlin hanidz", maksudnya, "tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang". Maka yang disuguhkan oleh Nabi Ibrahim kepada tamunya adalah daging anak sapi gemuk yang sudah dipanggang atau dibakar.

Kelas kami tentu sangat berbeda dengan Nabi Ibrahim. Dalam segala hal. Bukan hanya dalam konteks kenabian dan kualitas kepribadian. Bahkan dalam hal kualitas suguhan. Jika Nabi Ibrahim menyuguhi tamu dengan daging anak sapi gemuk yang dipanggang, kami hanya menyuguhi tetamu dengan air mineral dan rengginang goreng.

Karena minyak goreng mahal, kami sempat berpikir untuk mengukus atau merebus rengginang sesuai saran ibu Megawati. Namun niat itu kami urungkan, karena khawatir rengginang jadi tidak renyah. Akhirnya tetap kami goreng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun