Gagal deh...
Tentu saja saya bingung sesaat. Kok gak seperti yang saya lihat di rumah ibu dulu? Kok gak kaya para pedagang kue Bikang di pasar? Kok ga kaya tutorial di Youtube dan Tiktok? Kok bantat? Kok ga bisa mekar saat dicungkil dari cetakan?
Tanpa berpikir panjang, segera saya balik kue Bikang itu. Bagian yang masih cair saya tempatkan di bawah. Bagian gosong kini berada di atas. Sambil saya tekan-tekan dari atas, agar semua adonan cair bisa masak. Alhamdulillah sukses.
Setelah matang, segera saya ambil semua dari cetakan yang berjumlah tujuh lubang. Tidak berbentuk kue Bikang Jawa yang mekar saat diambil dari cetakan. Namun kue Bikang yang bantat. Mirip tampilan Takoyaki Jepang.
Segera saya seduh kopi. Hari ini masih edisi kopi luwak, produk Kopitutur Temanggung. Aroma seduhan kopi luwak sangat lezat. Segelas kopi, menemani beberapa potong kue Bikang Bantat, produk gagal yang tetap enak dinikmati.
Semua manusia ingin sukses dan berhasil dalam kehidupannya. Tidak ada manusia yang menghendaki gagal. Bahkan selalu berusaha untuk menghindari kegagalan. Tentu ini adalah sebuah kewajaran dalam mengambil pilihan hidup, bahwa kita selalu bersemangat menyambut kesuksesan dalam kehidupan keseharian.
Namun sering kali, keinginan yang kuat untuk sukses ini tidak dibarengi dengan kesiapan untuk gagal. Harapan besar untuk selalu mendapat keberhasilan, tidak diikuti dengan kesiapan menanggung resiko kegagalan.
Dampaknya, ketika menghadapi kegagalan, banyak manusia berputus asa dan bahkan menganggap dunia telah meninggalkannya. Padahal, kegagalan tidak selalu memberikan dampak negatif dalam kehidupan kita. Produk gagal tidak selalu menjadi petaka dalam dunia usaha.
Konon, kue Brownies tidak akan ada kalau saja tidak ada kegagalan seorang koki. Menurut cerita, kue Brownies tercipta karena seorang koki lupa memasukkan baking soda sehingga adonannya tidak mau mengembang dan berwarna hitam kecoklatan.
Namun hasil dari adonan yang gagal ini justru banyak disukai orang sampai saat ini, menjadi makanan lezat yang disukai masyarakat dari berbagai belahan dunia. Harganya pun menjadi mahal, dan menciptakan industri yang menghasilkan banyak keuntungan.