Pat Nixon juga mengungkapkan rasa syukur atas menantu yang menyenangkannya. "Saya bersyukur dengan kehadiran suami yang luar biasa, dua putri dan menantu yang peduli, dan empat cucu yang sangat istimewa. Mereka masing-masing telah meningkatkan hidup saya".
Jika Kelak Menjadi MertuaÂ
Saya menemukan ungkapan dari Rai Dhita, yang diposting di berbagai blog. Salah satunya saya kutip dari situs Bandung Timur (2016). Dalam kutipan tersebut, Rai Dhita menulis sebuah harapan tentang menantunya kelak.
"Jika suatu ketika nanti saya punya menantu, akan saya sayangi menantu saya seperti anak sendiri", ungkap Rai Dhita. Ini adalah sebuah pengharapan positif tentang sikap yang akan dilakukan terhadap menantunya kelak.
"Saya tidak perlu susah-susah mengandung, melahirkan dan menyusuinya. Tahu-tahu ia rela meninggalkan orang tuanya demi  anakku. Ia juga rela mengabdi pada suami sampai mati", lanjutnya.
"Masalah menantu punya kekurangan, itu manusiawi", ungkap Dhita. "Tidak ada manusia sempurna. Saya dulu juga hadir di keluarga mertua sebagai menantu tidak sempurna". Kalimat ini menunjukkan kedewasaan bersikap. Bahwa jika mertua memiliki pemahaman seperti Rai Dhita, pasti akan sangat menyenangkan menantunya.
"Seiring berjalannya waktu, semua ada prosesnya. Yang penting kita bersedia untuk selalu belajar dan berubah menjadi lebih baik", demikian Rai Dhita memberikan pesan. Saya rasa pesan ini sangat penting dan mendalam untuk disampaikan kepada semua mertua dan calon mertua.
Jangan pernah berharap kesempurnaan dari menantu. Jangan mengharap menantu memiliki sikap dan karakter yang 100 % sesuai harapan mertua. Semua manusia memiliki kekurangan dan kelemahan. Yang diperlukan adalah kesediaan belajar dan berubah menuju kondisi yang lebih baik.
Melihat Diri Sendiri
Ungkapan Rai Dhita di atas mengajak para mertua untuk melihat ke dalam diri sendiri. Dulunya, sebelum menjadi mertua, mereka juga menjadi menantu. Sebagai anak menantu, pasti mereka juga tidak sempurna. Pasti juga memiliki banyak kelemahan dan kekurangan.
Jika para mertua mengingat masa terdahulu, betapa polos dan culun dirinya, dan kemudian ia terus belajar, akhirnya bisa berproses menjadi lebih baik. Maka mengapa tidak memberi kesempatan kepada menantu untuk berproses menjadi lebih baik? Biarkan saja jika ia memiliki kelemahan dan kekurangan, jangan dikritik dan dicela.