"Kelak ketika kamu punya anak," ujar ibu mertua Farouky, "saya akan menyalahkan kamu atas semua masalah yang terjadi pada cucu saya. Saya tidak akan menyalahkan anak lelaki saya." Memang ibu mertua Farouky hanya bercanda. Namun kalimat itu bagi banyak perempuan lain, adalah kalimat ibu mertua yang sangat menyakitkan dan tidak bisa menjadi bahan candaan.
Membangun Harapan Bersama
Di antara hal penting untuk membangun harmoni antara menantu dengan mertua adalah kebaikan hubungan antara anak lelaki dengan ibu kandungnya. Jumana Farouky menceritakan pengalaman rumah tangganya sendiri. Menurutnya, salah satu penyelamat hubungan dengan ibu mertua adalah hubungan baik suami dia dengan ibunya.
"Jika saya meragukan cinta anak lelaki saya, saya akan cenderung melihat kamu sebagai ancaman," ujar ibu mertua Farouky kepada dirinya. "Tapi aku tidak demikian," lanjut sang ibu mertua.
Anak lelaki harus pandai 'menundukkan' hati sang ibu. Farouky menceritakan pengalamannya, "Setiap kali suami saya menelepon ibunya untuk mengobrol tentang skor sepak bola terbaru, dia membawa kami semua selangkah lebih maju menuju keharmonisan keluarga".
Dari sisi mertua, hendaknya pandai bersikap bijak dan menyenangkan menantu. Sebagai pihak yang lebih dewasa dan lebih berpengalaman menjalani kehidupan, hendaknya bisa memberi kepercayaan dan kesempatan kepada anak dan menantunya untuk tumbuh dan berkembang.
Hendaknya menantu dan mertua mampu membangun harapan bersama, untuk terciptanya hubungan harmonis dalam kehidupan sehari-hari. Mereka berkomunikasi dan berinteraksi secara positif, menuju penyatuan jiwa yang lebih mendalam. Tidak sekedar berbasa-basi dan berpura-pura. Namun benar-benar hubungan dari dasar hati.
Bahan Bacaan
Jumana Farouky, Mother-in-Law Problems: They're Worse for Women, 4 Desember 2008, http://content.time.com/