Misanya mertua melihat suatu kekurangan menantu. Jika ia berpikir negatif, akan cepat menghakimi. Cepat tersulut emosi lantaran kekurangan menantu. Namun jika berpikir positif, mertua akan lebih mampu menahan diri. Ia akan mengatakan, "Menantuku masih muda. Ia baru berproses belajar menjadi dewasa. Mungkin dulu aku juga begitu saat seusia dia".
Memahami bahwa tidak orang yang sempurna, menjadi faktor penting dalam membangun komunikasi. Tidak ada Sekolah Menjadi Menantu, sebagaimana tidak ada Sekolah Menjadi Mertua. Maka wajar jika sang menantu masih harus banyak belajar, dan masih banyak kekurangan di mata mertua.
Sebagaimana mertua juga harus banyak belajar, dan masih banyak kekurangan dalam menempatkan diri secara tepat. Cara pandang positif seperti ini membuat mertua tidak mudah mengghibah menantu.
- Fokus Melihat Kebaikan Menantu
Apa jadinya jika mertua selalu fokus mencari kekurangan dan kesalahan menantu? Pasti ia akan sangat banyak menemukannya. Setiap hari ia akan menemukan banyak bukti bahwa menantunya memang banyak kekurangan dan kesalahan. Hal ini karena otak sang mertua dipenuhi dengan kata kunci kekurangan dan kesalahan.
Otak manusia bekerja untuk mencari hal-hal sesuai dengan diinput ke dalamnya. Jika sering diinput tema kekurangan dan kesalahan menantu, maka otak mertua terus menerus bekerja mencari hal-hal yang dianggap otak masuk kategori kekurangan dan kesalahan. Dengan cepat otak menghadirkan konfirmasinya.
Sebaliknya, jika sering diinput tema kebaikan dan kelebihan menantu, maka otak mertua terus menerus bekerja mencari hal-hal yang dianggap otak masuk kategori kebaikan dan kelebihan. Dengan cepat otak akan menghadirkan pembenarannya, bahwa menantu sangat baik dan memiliki banyak kelebihan.
Kehidupan mertua akan nyaman jika fokus melihat sisi kebaikan menantu. Kehidupan menantupun akan lebih bahagia jika memiliki mertua yang menyayangi dan menghargainya.
- Mengembangkan Sifat Malu
Jika suka menceritakan kekurangan dan kesalahan menantu kepada orang lain, berarti  membuka aib keluarga besarnya sendiri. Menelanjangi keburukan rumah tangganya sendiri. Coba pikirkan dalam-dalam, apa tidak malu menceritakan aib keluarga kepada dunia?
Harusnya mertua merasa malu jika kekurangan dan kelemahan menantu diketahui orang lain. Ia harus menjaga dan menutupi aib keluarga besarnya. Bukan malah mengumbar dengan perasaan bangga.