Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lima Sisi Spiritualitas Mertua, Anda Wajib Punya

24 Juli 2021   07:23 Diperbarui: 24 Juli 2021   07:38 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mukiman : "Man, menurutmu siapa lelaki yang paling berbahagia?"

Mukidi : "Nabi Adam, dialah lelaki paling beruntung dan paling bahagia..."

Mukiman : "Mengapa Nabi Adam?"

Mukidi : "Karena Nabi Adam tidak memiliki mertua..."

Dialog di atas adalah contoh bagaimana menantu mempersepsi mertua mereka. Pada sebagian masyarakat kita, hubungan menantu -- mertua mengalami kerumitan dan ketegangan. Konflik yang mereka alami seakan tak berkesudahan, mewarnai sepanjang kehidupan.

Urgensi Spiritualitas dalam Kehidupan Manusia

Di antara persiapan untuk menjadi mertua yang dirindu menantu, adalah menguatkan sisi spiritualitas. Mertua adalah sosok yang layaknya menjadi rujukan dan contoh dari sisi spiritualitas. Bukan saja karena --umumnya, lebih tua, namun juga karena posisi dirinya di hadapan menantu.

Spiritualitas memiliki dimensi kecerdasan yang bisa diasah. Basic pengasahan kecerdasan dan potensi spiritualitas adalah pendekatan diri kepada Allah. Maka, semakin dekat seseorang kepada Allah, akan semakin bagus kondisi spiritualitasnya.

Dalam kehidupan sehari-hari, spiritualitas memberikan daya dukung bagi produktivitas. Sebagai contoh, seseorang yang tengah mengalami musibah berat, akan cepat pulih dari kesedihan dan kedukaan, apabila memiliki bekal spiritual. Orang-orang yang dekat kepada Allah, akan cepat berserah diri dan memohon kekuatan kepadaNya.

Mereka akan mampu bersabar dan ikhlas atas setiap persoalan dalam kehidupan. Mereka tidak mudah mengeluh atas beratnya ujian. Sikap hidup yang selalu mendekat kepada Allah inilah yang membangun kualitas seseorang.

Nabi saw adalah contoh manusia yang sangat dekat kepada Allah. Semua urusan kehidupan beliau, selalu dikembalikan kepada Allah. Maka Allah mudahkan beliau dalam mengerjakan berbagai tugas peradaban.

Coba perhatikan kondisi Nabi Muhammad saw, yang mudah mendapatkan pertolongan Allah, sehingga urusan beliau menjadi mudah dan ringan. Seberat apapun tugas-tugas dan beban kehidupan beliau, semua dimudahkan Allah. Hati menjadi lapang dan tenang.

"Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)? Dan Kami pun telah menurunkan bebanmu darimu, yang memberatkan punggungmu, dan Kami tinggikan sebutan (nama)mu bagimu. Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap" (QS. Al-Insyirah : 1 -- 8).

Lima Sisi Spiritualitas Mertua

Untuk menjadi mertua yang dirindu menantu, diperlukan penguatan spiritualitas. Sisi spiritual yang layaknya dimiliki mertua, antara lain:

  • Menjalani hidup dengan benar

Mertua adalah salah satu sosok yang berposisi sebagai contoh teladan bai anak dan menantu, serta cucu-cucu. Maka hendaknya mampu menjalani hidup dengan benar. Berikan contoh yang baik untuk keluarga, agar mereka juga menjalani hidup dengan benar.

Bagi manusia Indonesia, standar kebenaran yang utama adalah ajaran agama. Ini karena Indonesia melandaskan pada Pancasila, yang berketuhanan yang Maha Esa. Kehiudpan yang benar, artinya sesuai dengan ajaran agama. Melakukan aktivitas hidup yang dituntunkan agama, serta meninggalkan hal-hal yang dilarang agama.

Hal ini berlaku untuk berbagai sisi kehidupan. Bukan hanya rajin menjalankan ibadah --seperti rajin ke masjid, rajin ke gereja, rajin ke pura, dan lain sebagainya. Namun juga terkait dengan aktivitas mencari rejeki, pekerjaan, hobi, organisasi, kemasyarakatan, dan lain sebagainya.

  • Berprasangka baik kepada Allah

Mertua yang dirindu menantu adalah mertua yang selalu husnuzhan kepada Allah. Hati dan pikirannya selalu yakin, bahwa pemberian dan ketetapan Allah adalah terbaik bagi hambaNya.

Berbagai kejadian dalam kehidupan sehari-hari mampu disikapi dengan tepat, jika berprasangka baik kepada Allah. Misalnya ketika mertua menemukan kondisi menantu yang tidak sesuai harapan --apalagi : jauh dari harapan, ia akan membangun prasangka baik kepada Allah.

Dalam pikiran mertua, Allah hadirkan menantu seperti ini ke rumahku, supaya aku bisa mengajak dan menguatkannya dalam kebaikan. Jika ia menjadi menantu di rumah orang lain, mungkin akan semakin jauh dari kebaikan. Mertua merasa mendapat tugas untuk mengondisikan menantu agar lebih baik dari waktu ke waktu.

Mertua yang berprasangka buruk kepada Allah akan mengeluh, "Mengapa orang seperti ini Allah kirim menjadi menantuku? Apa salah dan dosaku sehingga aku mendapatkan musibah berat seperti ini?"

  • Bersyukur atas setiap nikmat

Pandai bersyukur adalah ciri orang beriman. Syukur artinya merasakan nikmat dan kasih sayang Allah dalam kehidupan. Syukur menuntun kita untuk menikmati apa yang sudah kita miliki, dan tidak bersedih hati atas apa yang belum kita miliki.

Mertua yang pandai bersyukur, akan mudah melihat kebaikan dan keajaiban setiap hari. Ketika menantu datang ke rumahnya, menjenguk dirinya, ia akan bersyukur. "Alhamdulillah, menantuku ingat aku dan peduli kepada aku. Kehadirannya menjadi bukti bahwa ia menantu yang baik hati dan menghormati aku".

Mertua yang tak bisa bersyukur, akan mudah melihat keburukan dan kekurangan menantu setiap hari. Ketika menantu datang ke rumahnya, menjenguk dirinya, ia akan curiga. "Inna lillahi, mengapa menantuku datang lagi? Bukankah beberapa bulan lalu ia sudah datang, mengapa sekarang datang lagi? Mau minta apa lagi dia?"

  • Berprasangka baik kepada sesama manusia

Berprasangka baik (husnuzhan) kepada sesama manusia adalah ajaran agama. Kita dilarang untuk berprasangka buruk (su'uzhan) kepada orang lain. Prasangka baik melahirkan ucapan dan perbuatan yang baik. Maka orang-orang yang ada di sekitarnya akan merasakan kedamaian.

Mertua yang memiliki prasangka baik, membuat menantu menjadi nyaman. Menantu akan merasa diterima dan dihargai. Ketika menantu tanpa diminta datang untuk membersihkan rumah mertua, disikapi dengan bahagia. "Alhamdulillah menantuku sangat baik hati. Betapa rajin dirinya, betapa baik dirinya, mau membersihkan rumahku tanpa diminta".

Mertua yang tidak bisa berprasangka baik, membuat menantu salah tingkah. Seakan-akan semua perbuatan menantu salah di mata mertua. Ketika menantu tanpa diminta datang untuk membersihkan rumah mertua, disikapi dengan curiga. "Aduh, ngapain lagi menantuku ini. Ia datang untuk membersihkan rumahku tanpa diminta, pasti ada apa-apa. Mungkin dia akan mengambil barang-barang berharga".

  • Ridha atas ketetapan Allah

Manusia bisa mengalami berbagai peristiwa yang tak pernah diduga sebelumnya. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini. Ridha atas ketatapan Allah membuat hidup kita nyaman tenteram.

Mertua yang ridha atas ketetapan Allah, akan bersikap positif ketika menghadapi setiap peristiwa kehidupan. Misalnya, di masa pandemi yang kehidupan ekonomi menjadi sulit, akan mampu bersabar dan tetap tekun berusaha. Dirinya ridha dengan kesulitan ekonomi yang dihadapi. Ia tidak menyalahkan sesiapa, namun terus berusaha untuk bangkit mencukupi kebutuhan ekonomi.

Mertua yang tidak bisa ridha atas ketetapan Allah, akan bersikap destruktif ketika menghadapi peristiwa kehidupan tak sesuai harapan. Di masa pandemi yang kehidupan ekonomi menjadi sulit, dirinya selalu berkeluh kesah kepada semua orang. Dirinya marah dan putus asa dengan kesulitan ekonomi yang dihadapi. Ia menyalahkan semua orang, termasuk menantu.

Demikianlah lima sisi spiritualitas yang harus terus diasah oleh mertua. Jika mertua memiliki kondisi spiritual yang mantap, membuat menantu semakin bahagia. Jika menantu bahagia, keluarga menantu juga semakin bahagia.

Selamat pagi Kompasianer semua, selamat beraktivitas. Salam Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun