Mukiman : "Man, menurutmu siapa lelaki yang paling berbahagia?"
Mukidi : "Nabi Adam, dialah lelaki paling beruntung dan paling bahagia..."
Mukiman : "Mengapa Nabi Adam?"
Mukidi : "Karena Nabi Adam tidak memiliki mertua..."
Dialog di atas adalah contoh bagaimana menantu mempersepsi mertua mereka. Pada sebagian masyarakat kita, hubungan menantu -- mertua mengalami kerumitan dan ketegangan. Konflik yang mereka alami seakan tak berkesudahan, mewarnai sepanjang kehidupan.
Urgensi Spiritualitas dalam Kehidupan Manusia
Di antara persiapan untuk menjadi mertua yang dirindu menantu, adalah menguatkan sisi spiritualitas. Mertua adalah sosok yang layaknya menjadi rujukan dan contoh dari sisi spiritualitas. Bukan saja karena --umumnya, lebih tua, namun juga karena posisi dirinya di hadapan menantu.
Spiritualitas memiliki dimensi kecerdasan yang bisa diasah. Basic pengasahan kecerdasan dan potensi spiritualitas adalah pendekatan diri kepada Allah. Maka, semakin dekat seseorang kepada Allah, akan semakin bagus kondisi spiritualitasnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, spiritualitas memberikan daya dukung bagi produktivitas. Sebagai contoh, seseorang yang tengah mengalami musibah berat, akan cepat pulih dari kesedihan dan kedukaan, apabila memiliki bekal spiritual. Orang-orang yang dekat kepada Allah, akan cepat berserah diri dan memohon kekuatan kepadaNya.
Mereka akan mampu bersabar dan ikhlas atas setiap persoalan dalam kehidupan. Mereka tidak mudah mengeluh atas beratnya ujian. Sikap hidup yang selalu mendekat kepada Allah inilah yang membangun kualitas seseorang.