Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menantu Memberimu Tiga Status Baru

22 Juli 2021   06:25 Diperbarui: 22 Juli 2021   06:47 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://radarsurabaya.jawapos.com/

Tahap ketujuh dalam kehidupan sebuah keluarga dimulai saat anak yang terakhir telah meninggalkan rumah. Berakhir saat masa pensiun kerja atau salah satu dari suami atau istri meninggal dunia. Pada tahap ini sudah tidak ada lagi anak yang tinggal bersama mereka. Semua anak sudah "meninggalkan" rumah, baik dalam artian fisik maupun dalam artian psikologis.

Tahap 8 : Keluarga Orangtua Usia Lanjut

Tahap kedelapan yang menjadi tahap terakhir dari perjalanan sebuah keluarga. Dimulai ketika salah satu dari suami dan istri atau keduanya sudah mulai pensiun kerja, sampai salah satu atau keduanya meninggal dunia. Biasanya tinggal nenek saja, atau kakek saja.

Menjadi Mertua : Keluarga Tahap Keenam

Ketika di antara anak ada yang sudah menikah, maka keluarga tersebut memasuki tahap keenam dari perjalanannya. Ada suasana yang sangat berbeda dengan tahap-tahap sebelumnya. Status suami dan istri sudah berubah di tahap keenam ini, yaitu menjadi mertua. Tidak lama kemudian berubah lagi, menjadi kakek dan nenek.

Di fase keenam inilah, muncul dinamika mertua dan menantu. Di fase kelima baru ada anak remaja. Di fase keenam, mulai hadir orang baru berupa menantu, namun juga 'kehilangan' seorang anak lantaran sudah membangun rumah tangga sendiri.

Memasuki fase keenam memerlukan persiapan mental yang memadai. Mental keluarga tahap keenam, antara lain:

  • Mental siap melepas (launching) anak

Orangtua harus memiliki mental siap melepas anak. Jika anak perempuan menikah, maka ia harus dilepaskan untuk membangun hidup mandiri dengan suami. Jika anak lelaki menikah, maka ia harus dilepas untuk memiliki kehidupan sendiri bersama sang istri.

Mengapa sering muncul kecemburuan dari mertua kepada menantunya? Karena tidak siap melepas anak. Kehadiran menantu seakan merenggut kepemilikan orangtua atas anak. Sang menantu --sosok orang asing yang tiba-tiba berkuasa penuh atas anaknya.

Perasaan kehilangan ini kerap menimbulkan sikap-sikap yang tidak tepat. Tidak siap melepas anak, menyebabkan orangtua masih "menguasai" anak, padahal sang anak sudah menikah. Mentalnya masih menjadi keluarga fase tiga atau empat. Padahal sekarang sudah di fase enam.

Seorang ibu menyatakan, menantunya telah merenggut anaknya. "Ia datang hanya untuk merenggut anakku dari rumahku". Ia tidak siap mental untuk 'kehilangan' sang anak kesayangan.

  • Mental siap menerima menantu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun