Pada tiga ayat di atas, berbentuk larangan bersedih, menggunakan kata "jangan". Kalimatnya "janganlah kamu berduka cita" atau "janganlah kamu bersedih".
Kata sedih juga hadir dalam bentuk kalimat negatif atau peniadaan, seperti dalam firman Allah Ta'ala:
"Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati" (QS. Al Baqarah: 38)
Dalam ayat ini, menggunakan kata "tidak" untuk meniadakan atau menghilangkan kesedihan. Dalam kitab Madarijus Salikin, Imam Ibnul Qayyim Aljauzi menjelaskan
"Rahasianya adalah, karena kesedihan adalah keadaan yang tidak menyenangkan, tidak ada maslahat bagi hati. Suatu hal yang paling disenangi setan adalah, membuat sedih hati seorang hamba. Hingga menghentikan dari rutinitas amalnya dan menahan dari kebiasaan baiknya".
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya pembicaraan bisik-bisik itu adalah dari syaitan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita" (QS. Al Mujadalah: 10).
Nabi Saw mengarahkan umatnya agar menghindari perbuatan yang bisa menimbulkan kesedihan atau kesusahan bagi orang lain. Beliau Saw bersabda:
"Jika kalian bertiga maka janganlah dua orang berbicara/berbisik bisik berduaan sementara yang ketiga tidak diajak, sampai kalian bercampur dengan manusia. Karena hal ini bisa membuat orang yang ketiga tadi bersedih" (HR. Bukhari no. 6290 dan Muslim no. 2184).
Nabi Saw menyatakan, memberikan kebahagiaan dan menghilangkan kesedihan adalah amal yang paling dicintai Allah. Dalam sebuah riwayat dari Ibnu 'Umar, Nabi Saw bersabda:
, , , , ,