Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tindakan Kecil Ini Mampu Melelehkan Hati Suami

22 Mei 2015   06:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:43 1414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_419234" align="aligncenter" width="550" caption="ilustrasi : www.ultraupdates.com"][/caption]

Izinkan pagi ini saya berkisah tentang seorang lelaki.

Lelaki ini orang salih yang hidupnya lurus-lurus saja. Ia seorang guru di sebuah pesantren. Hidup di lingkungan pondok pesantren yang sederhana dan jauh dari keramaian kota, membuatnya menjadi lelaki setia. Sebagaimana para guru lainnya, ia adalah suami yang bertanggung jawab, tidak pernah selingkuh. Tidak mau melakukan perbuatan zalim dan maksiat. Ia habiskan waktunya untuk mengajar di pondok dan memberikan bimbingan kepada masyarakat sekitar.

Suratan takdir membawa dia mengenal seorang perempuan galau dari kota. Gadis  muda dan cantik. Awalnya perempuan ini datang untuk meminta nasihat agama darinya, karena tengah terbelit beban masalah. Sebagaimana telah biasa ia lakukan, maka ia pun memberikan nasihat-nasihat yang diperlukan untuk memotivasi perempuan itu agar bisa keluar dari masalah.

Perempuan ini merasa sangat tercerahkan dengan nasihat-nasihat spiritual yang diberikannya. Maka ia semakin sering meminta waktu untuk konsultasi dan mendapatkan nasihat. Pertemuan demi pertemuan, membuat dua orang berbeda jenis ini semakin akrab dan dekat. Hingga titik tertentu si perempuan semakin berani menampakkan kedekatan dan perhatian khusus. Ada banyak hadiah diberikan setiap kali ia datang.

Lelaki salih ini merasa salah tingkah. Ia tidak pernah bermaksud memiliki hubungan yang spesial dengan si perempuan, namun perempuan ini selalu datang karena merasa nyaman dengan nasihat-nasihatnya. Lama kelamaan ia pun mulai tergoda. Perempuan itu memang sangat cantik, bening, dan jauh lebih muda dari istrinya.

Godaan Berat Itu Tiba

Rupanya si perempuan merasa bahwa lelaki itu mulai suka kepadanya. Maka ia menjadi tambah berani mendekat. Hingga suatu hari, si perempuan menawarkan diri “mengabdikan hidupnya” untuk menemani lelaki salih tersebut. Perempuan itu ‘menawarkan diri’ untuk dinikahi si lelaki salih, dengan bahasa isyarat yang halus.

“Aku merasa sangat nyaman berada di dekatmu. Hidupku mulai terbimbing dan terarah setelah aku mengenalmu dan mendapatkan nasihat darimu. Bolehkah aku mengabdikan hidupku untuk menemanimu?”

“Aku hanya perempuan lemah, yang menjadi kuat setelah mengikuti nasihatmu. Aku tidak mau kembali lemah dan bergelimang masalah. Engkau telah menyelamatkan hidupku. Tolonglah aku. Jangan biarkan aku kembali ke jalan yang salah”.

Tercenung si lelaki. Ia paham benar dengan maksud permintaan si perempuan. Tidak pernah terbayangkan olehnya seorang gadis muda dan cantik dari kota ‘melamar’ dirinya. Menawarkan diri untuk menjadi istri keduanya.

Wajahnya merah padam. Hatinya berdegub dengan kencang. Ini kesempatan langka. Sangat langka. Belum tentu terulang seumur hidupnya.

Namun ia masih bisa berpikir rasional. Ia tidak mau memanfaatkan kesempatan itu dengan semena-mena, namun juga tidak mau menyakiti hati si perempuan yang telah menawarkan diri kepadanya.

“Berikan waktu kepada saya tiga hari untuk memikirkan jawabannya”, jawab si lelaki.

“Aku akan menunggu jawabanmu. Aku menunggu kabar baik darimu”, jawab si perempuan.

Tiga hari berturutan, lelaki salih itu dilanda kegundahan. Ia tidak bisa membohongi hatinya bahwa ia sangat tertarik dengan perempuan kota itu. Dalam tiap shalat tahajudnya, ia menangis dan meminta petunjuk dari Allah. Usai shalat tahajud ia berdoa dan memohon bimbingan Allah agar tepat dalam memutuskan dan mengambil pilihan. Sungguh, terasa sangat sulit baginya.

Keputusan Yang Besar

Ini malam ketiga, malam terakhir dari batas waktu yang ditetapkannya sendiri untuk memberikan jawaban kepada si perempuan. Tahajudnya semakin lama. Doa dan dzikirnya semakin panjang. Menjelang Subuh, ia tetap merasa belum menemukan jawaban. Gelisah, resah. Terbayang wajah cantik perempuan itu. Sangat bening, menarik, dan menawan hati. Ia merasa menjadi pahlawan karena telah menyelamatkannya.

Ia bangkit, berniat menambah rakaat tahajudnya menjelang witir. Waktu semakin mendekati Subuh.

Saat berdiri di atas sajadah, ia melihat istrinya yang masih tertidur pulas. Tiba-tiba ada sesuatu yang menggerakkan hatinya untuk mendekat ke ranjang tempat istrinya tidur dengan damai.

Dipandanginya wajah polos sang istri. Perempuan sangat sederhana. Wajahnya biasa saja. Ia hanya perempuan desa, namun darinya Allah memberikan ketenangan hidup selama ini. Empat anak dari hasil pernikahan mereka semakin melengkapi ketenangan hidup itu. Berlama-lama ia duduk di pinggir ranjang, sambil memandangi wajah istrinya yang lugu.

Ia menghela nafas panjang. Ia coba mengumpulkan semua memori tentang kebaikan sang istri selama ini. Betapa mudah memori itu terkumpul. Benar-benar ia istri yang sangat berbakti kepada suami.

Duabelas tahun yang lalu ia mengambil gadis lugu itu dari rumah orang tuanya di pelosok desa. Bukan karena pertimbangan wajah ia dulu melamarnya. Namun karena budi pekerti yang terpancar dari penampilan dan tutur katanya. Ia mantap menikahi gadis lugu yang terbiasa hidup dalam tradisi santri itu. Lingkungan pesantren desa telah membentuknya menjadi seorang wanita yang salihah. Pandai melayani suami, pandai mendidik anak, pandai mengurus rumah tangga.

Adzan Subuh bergema. Segera ia berangkat ke masjid untuk menunaikan shalat berjama’ah bersama para santri dan guru-guru lainnya. Ia merasa, ini adalah shalat Subuh paling berkesan dalam sepanjang hidupnya. Subuh dimana ia memantapkan akal dan hatinya untuk mengambil sebuah keputusan.

Sepulang dari masjid hatinya sangat tenang dan damai. Ia sudah menemukan sebuah jawaban pasti untuk perempuan kota yang akan datang ke rumahnya nanti jam tujuh pagi.

Apa jawabannya? Pengen tahu? Diberi tahu gak ya...... :)

Ia mantab untuk tidak menerima tawaran perempuan kota itu. Ya, tidak menerima.

Ia tidak ingin mengotori hatinya dengan tertarik kepada perempuan yang datang untuk meminta bimbingan darinya. Ia adalah seorang penasihat agama, yang harus memberikan banyak manfaat bagi banyak orang yang datang kepada dirinya. Setiap hari selalu saja ada orang yang datang untuk silaturahim dan meminta pencerahan darinya. Jika ia mudah tertarik dan jatuh cinta kepada wanita yang datang meminta nasihat agama, ini akan mengotori hatinya.

Tidak. Ia tidak boleh tergoda oleh tawaran perempuan kota itu. Apalagi jika dibandingkan dengan istri yang telah dua belas tahun menemaninya. Semakin mantap hatinya untuk tidak menerima tawaran dari si perempuan kota.

Bener nih? Gak nyesel menolak tawaran menarik itu? Kesempatan langka loh.... Coba pikirkan lagi, ada gadis muda usia dari kota, cantik wajahnya, menarik penampilannya, bening, menawarkan diri untuk dinikahi.  Apalagi ia merasa terselamatkan dan tercerahkan hidupnya setelah ketemu si lelaki salih ini.

Ya, bener. Mantap hatinya. Apa alasan ia menolak tawaran itu?

[caption id="attachment_419235" align="aligncenter" width="550" caption="ilustrasi : www.ultraupdates.com"]

1432252692766029550
1432252692766029550
[/caption]

Tindakan Sederhana yang Bisa Menaklukkan Hati Suami Tercinta

Berikut penuturannya. Dari cerita lelaki salih ini, saya banyak belajar tentang ketulusan pelayanan seorang istri yang mampu menaklukkan hati suami. Mari simak penuturan lelaki ini:

Bagaimana aku bisa menduakannya. Ia istri yang sangat berbakti dan setia kepada suami. Ia selalu memasak dan menyiapkan makanan untukku. Selalu ada masakan kesukaanku tiap aku pulang ke rumah. Aku mengatakan, ia tidak harus menghabiskan waktu untuk memasak sendiri. Di lingkungan pesantren, ada kantin yang menyediakan keperluan makan sehari-hari. Namun ia selalu memasak sendiri. Ia menyiapkannya dengan penuh cinta di hati.

Ia selalu menemaniku makan. Walau kadang ia sudah makan duluan, namun ia selalu menemaniku di meja makan sambil menanyakan keperluanku. Ia siapkan piring untukku. Ia ambikan nasi untukku. Tak jemu ia menemaniku walau sekedar duduk diam di sampingku. Ia melakukannya dengan penuh cinta.

Bagaimana aku bisa menduakannya. Ia istri yang sangat berbakti dan setia kepada suami. Ia selalu mencuci dan menyeterika sendiri pakaianku. Ia tidak ingin pakaianku dicuci orang lain. Ia melakukannya dengan penuh cinta. Padahal aku selalu mengatakan, pakaian kotorku dibawa ke jasa laundry saja. Namun ia tetap mencuci sendiri dengan tangan halusnya.

Ia menata pakaianku di almari dengan rapi dan wangi. Saat pagi, ia siapkan pakaian kerjaku menjelang aku berangkat mandi. Saat malam, ia siapkan pakaian tidurku. Ia memperlakukanku seperti anak kecil yang sangat dimanja. Aku tidak pernah meminta ia melakukan ini semua. Ia melakukannya dengan penuh cinta.

Bagaimana aku bisa menduakannya. Ia istri yang sangat berbakti dan setia kepada suami. Wangi, itu kesanku yang mendalam terhadapnya. Pakaianku selalu bersih dan wangi. Kamar tidurku selalu rapi dan wangi. Kamar mandiku selalu bersih dan wangi. Walau di saat kami tengah punya bayi kecil, ia tidak membiarkan kamar tidurku bau ompol bayi. Ia sigap membersihkan kotoran bayi agar tidak merusak bau kamar tidur dan kamar mandi yang wangi.

Aku mengatakan, ia tidak perlu berlaku seperti itu, karena aku tidak mempersoalkan bau pipis bayi kami, Namun ia mengatakan, “aku malu kalau kamar kita tidak wangi”. Ia melakukan itu semua dengan penuh cinta di hati.

Bagaimana aku bisa menduakannya. Ia istri yang sangat berbakti dan setia kepada suami. Aku tidak menyuruh ia melakukan itu semua untukku. Ia melakukannya dengan penuh cinta. Di rumah kami ada pembantu. Cukup untuk menyelesaikan semua pekerjaan rumah tangga itu. Namun untuk hal yang terkait denganku, ia tidak mau diurus pembantu.

Bagaimana aku bisa menduakannya. Ia istri yang sangat berbakti dan setia kepada suami. Ia melakukan semua hal untuk memanjakan aku. Ia melakukannya dengan penuh cinta. Selama ia masih hidup, aku tidak akan menduakannya. Bukankah Nabi Saw juga tidak menduakan Khadijah di masa hidupnya. Nabi menikah lagi dengan beberapa istri setelah Khadijah tiada.

*************

Kisah di atas saya dapatkan dari lelaki salih itu di masa tuanya. Ia menceritakan dengan air mata, mengenang istri tercinta yang telah tiada.  Kini lelaki salih itu berharap sang istri mendapatkan ampunan, rahmat dan kebahagiaan di sisiNya. Balasan dari ketulusan pelayanan yang sempurna terhadap dirinya.

Saya juga mendapatkan kesaksian dan tambahan cerita dari anak, menantu dan beberapa orang santrinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun