Mohon tunggu...
Syam Jabal
Syam Jabal Mohon Tunggu... Human Resources - ASN

tukang burung (http://gudangjalakklaten.blogspot.com)

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Tukik dan Pesona Ubur-Ubur di Gugusan Pulau Derawan (Bagian Terakhir)

26 September 2018   07:18 Diperbarui: 26 September 2018   10:05 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Redeber's dalam forfasi Full Team (dok Pribadi)

Mas Priyono bergabung ke dermaga dengan pancing di tangan. Beberapa saat bang Fredi menyusul kami. Lalu fotografer terbaik Redeber's yaitu mas Fandi dengan ditemani mas Eko nampak turun ikut bergabung bersama kami. "Mau nguber sunset," begitu kata mas Fandi.

Setelah muncul, sunset tak pernah lepas dari bidikan kamera mas Fandi. Berbagai angle dan panorama terbaik beliau abadikan. Di matahari sepenggalah naik, Mas Dehan keluar pondokan dengan menenteng sesuatu di tangan. Wouow . . . drone. Rupanya beliau ingin mengabadikan momen istimewa ini dengan drone. Akhirnya kami berfoto bersama-sama. Suasana semakin ceria, mirip sekolah Taman Kanak-Kanak saja he he he . . .

Sekitar pukul delapan pagi kami meninggalkan Pulau Maratua  tempat kami menginap. Kami harus melanjutkan kebahagiaan ini ke Pulau Derawan. Destinasi kita berikutnya ini bisa dibilang sebagai spot wisata yang paling terkenal di gugusan kepulauan Derawan. Spot ini memberi janji untuk memanjakan mata anda di setiap jengkal tanahnya, ombak lautnya dan butiran pasir pantainya. Woooiii . . . lebay ya . . . ?

Ternyata janji itu benar adanya. Di pulau Derawan kami benar-benar dimanjakan oleh keindahan panorama biota lautnya yang ciamik. Gak pakai lama saya segera nyemplung dan memburu keindahan karang dan berbagai spesies ikan berwarna-warni, berlarian kian kemari. Kami menikmati sajian ini, dan merayu ikan-ikan lucu imut itu dengan secuilroti. "Eh ternyata mereka manja banget . . . mereka pilih-pilih rotinya," teriak mbak Ana dengan gemas.. 

Snorkeling di tempat ini memang mengasyikkan. Namun tetap harus pasang radar kewaspadaan,  karena arusnya lumayan aktif. Saat keasyikan menikmati biota laut tanpa terasa bisa membuat kita  terbawa aruh sampai jauh. Gak lucu kan ? Waspadalah . . .

Matahari persis di atas ubun-ubun. Kami semua puas meski badan ini lemas. Kami harus balik ke Tarakan. Makan siang dan sholat jamak ta'dim dhuhur dan ashar menutup acara di tempat ini. Tapi sebelumnya kami mampir dulu ke Gosong (gundukan pasir yang muncul di tengah laut) untuk berfoto bersama. Usia sessi foto kami segera balik ke Tarakan.

Semua destinasi sudah kami datangi. Kami semua puas. Dan satu lagi bahwa acara bertajuk ICV yang dibalut traveling ini tidak menghilangkan esensi dari value yang ingin diinternalisasikan. Saya mengacungkan dua jempol buat panitia yang telah mengemas ICV dengan bungkus traveling. Karena dengan balutan traveling, internalisasi nilai-nilai malah lebih efektif jika dibandingkan dengan menggelar acara di ruang tertutup. Kita mesti duduk di ruangan sambil mendengarkan pidato nara sumber. Mengemas acara model begini potensial timbul kejenuhan. Iya nggak ? Iya dong . . .

Syukurlah IVC kali ini bentuknya traveling. Dengan traveling kita berada di alam terbuka. Kita bisa mengambil nilai-nilai di alam untuk kita internalisasikan ke dalam diri. Nilai-nilai ini kelak outputnya kita persembahkan buat wajib pajak dalam bentuk pelayanan yang sebaik-baiknya. Dengan demikian wajib pajak akan semakin merasakan bagusnya layanan kita. Hebat ya . . . tepuk tangan dong buat panitia. 

Sore hari kami sudah sampai di Tarakan kembali. Dari atas Pelabuhan Tengkayu saya sempatkan untuk memandang laut lepas yang menghampar di depan kami. Saya menyaksikan ada nilai-nilai kearifan hidup yang terkandung di sana. Maklum ini adalah ICV, jadi semuanya mesti bermuara pada nilai-nilai kerarifan hidup ya . . . he he he . 

Bagi saya, laut adalah lambang kematangan. Betapa tidak, laut adalah muara dari segala "material" di bumi. Semua aliran sungai masuk ke dalamnya, hujan tumpah ruah di mukanya bahkan sampah dan limbah industripun kadang masuk dan meracuni jiwanya. Coba perhatikan apa reaksi laut ? 

Semua yang masuk ke dalam dirinya, mengotori mukanya, bahkan meracuni jiwanya dia tampung semuanya dengan ikhlas. Terus dengan kematangan dirinya, semua variabel pengganggu tersebut dia netralisir. Dan ending dari semuanya baik. Luar biasa . . . 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun