Mohon tunggu...
Syam Jabal
Syam Jabal Mohon Tunggu... Human Resources - ASN

tukang burung (http://gudangjalakklaten.blogspot.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bermandi Peluh Dalam Balutan Panas Kota Tanjung Redeb Kalimantan Timur

20 September 2018   09:35 Diperbarui: 20 September 2018   10:02 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bapak Mahfud dan Bang Iwan sedang mengabadikan gambar salah satu objek (dok pribadi)

Mengabdi sebagai Aparatur Sipil Negara di wilayah pinggiran Indonesia, bisa menambah pengalaman aneka warna. Ada suasana suka, meski kadang ada juga rasa dukanya. Kadang ada secuil rasa sedih meski tentu lebih banyak cerita gembiranya. Ada saatnya kerja serius ada masanya main riang gembira penuh canda tawa. Pendeknya di sanalah memori tentang canda tawa, sedih dan gembira itu semuanya tercipta.

 Terlebih bagi para tim lapangan, di mana mereka memiliki skedul rutin untuk terjun langsung ke lapangan. Karena lapangan pinggir Indonesia ini seringkali medannya tak sejalan dengan harapan kita. Transportasi airnya yang berarus deras dan bergelombang tinggi, perjalanan daratnya yang berkontur naik turun, dengan jalanan yang meliuk-liuk mengitari kaki bukit menghindari jurang  menjadi menu harian mereka. Dan menu itu mesti dinikmati dengan riang gembira.

Begitulah  sekilas gambaran umum, kondisi perjalanan ke lapangan yang mau tidak mau mesti dijalani dua orang kolega saya ini. Mereka berdua adalah karyawan pajak yang berdinas di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tanjung Redeb Kalimantan Timur.

Namun apapun kondisinya, tugas negara harus tetap di jalankan dengan sebaik-baiknya. Itulah prinsip mereka. Kondisi alam tak boleh menyurutkan tanggungjawab mereka untuk tetap memberikan pengabdian terbaik bagi bangsa dan negara tercinta. Meski usia mereka berdua tak lagi muda, namun kinerja mereka tetap dalam performa tertinggi.

Mereka para tenaga lapangan itu memang orang-orang tangguh. Sebut saja bapak Narto. Beliau adalah Senior Appraiser Asset di KPP Pratama Tanjung Redeb yang kerap memimpin timnya dalam berbagai ekspedisi lapangan. Beliau di dampingi oleh asisten setianya yaitu bapak Mahfud, seorang appraiser spesialis kehutanan. Dalam rentang waktu tiga tahun terakhir mereka berdua sudah berhasil menaklukkan puluhan area kebun sawit, hutan dan tambang batu bara di Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur. Dengan tabah mereka menaklukkan medan yang terkenal tak ramah itu.

Dalam menyertai visit mereka ke lapangan, kadang tanpa terasa saya menyebut visit mereka ke lapangan dengan istilah ekspedisi. Ini saking menantangnya perjalanan visit mereka ke kebun-kebun sawit, tambang batubara dan hutan. Perjalanan mereka kadang benar-benar mirip ekspedisi perburuan harta karun yang biasa kita saksikan di film-film bergenre action itu.

Bahkan saya pernah menyertai perjalanan mereka dalam menaklukkan Gunung Sidi di Wilayah Kabupaten Malinau Propinsi Kalimantan Utara, di mana aura petualangannya seakan menguras habis adrenalin saya. Bagaimana tidak, karena kami harus mendaki gunung dengan jalan yang dipenuhi tanjakan terjal, turunan tajam yang sangat ekstrim plus jurang di kanan kiri. Wouw . . . ngeri deh pokoknya. Saat itu saya sampai membayangkan bahwa petualangan ini mungkin lebih menguras adrenalin dibandingkan dengan petualangan Dr Henry Walton Joner, Jr dalam serial Indiana Jones itu. Lebay ya ? Tapi begitulah kurang lebih suasana di lapangan. Menarik kan ? Pingin ikut merasakan nikmatnya petualangan menyusuri alam Kalimantan ? Boleh . . . tapi siapkan mental dulu ya . . .

Itu sedikit cerita mereka saat visit kepada wajib pajak beberapa waktu yang lalu. Kalau untuk perjalanan dinas kali ini kondisinya alhamdulillah berbeda jauh. Perjalanan kali ini lumayan enak, karena lokasi yang dituju dekat dan objeknya berada di wilayah perkotaan yaitu kota Tanjung Redeb di Propinsi Kalimantan Timur. Tugas yang mereka jalankan adalah mengumpulkan data nilai jual objek pajak di wilayah Tanjung Redeb.

Untuk pengumpulan data ini mereka mesti turun langsung ke lapangan. Hal ini ditempuh untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan sekaligus up to date. Ini berbeda jika dibandingkan dengan data nilai jual objek pajak yang diperoleh dari fihak ketiga seperti broker, pengembang lahan, iklan di media publik dan lain-lain. Maka dimulailah perburuan data dimaksud.

Di hari pertama mereka mengawali perjalanan dari Pos Pajak Berau sekitar pukul delapan pagi. TKP pertama yang mereka sasar adalah wilayah Gunung Tabur. Untuk menaklukkan wilayah tersebut tim menggandeng Mas Iwan yang sehari-hari stanby di Pos Pajak Berau. Mas Iwan mereka culik untuk menjadi driver sekaligus guider perjalanan.

Mereka terpaksa menculik mas Iwan selama masa kerja di lapangan itu, karena mereka butuh informan handal. Mereka butuh irforman yang benar-benar menguasai wilayah tersebut. Gak lucu dong kalau mereka masuk ke kampung-kapung itu lalu mereka tidak tahu jalan keluarnya.

Makanya mereka mengajak orang yang menguasai wilayah sekaligus mengerti spot di mana transaski jual beli tanah dan bangunan kerap terjadi. Sehingga pengumpulan nilai jual objek pajak yang menjadi misi tugas mereka bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Dengan semangat empat lima mereka mengumpulkan data di lapangan.

Tak terasa hampir setengah hari mereka keluar masuk gang di wilayah yang di masa lalu mejadi pusat pemerintahan dari kerajaan Gunung Tabur ini. Beberapa informasi tanah dan bangunan dijual berhasil mereka bukukan.

Tengah hari penyisiran masih dilanjutkan. Dalam suasana terik panas yang menyengat tim masih tetap berjalan dengan semangat. Beberapa papan bertulis "TANAH DIJUAL" mereka abadikan dengan media kamera hp mereka. Nomor telepon pemilik mereka bukukan. Alamat letak objek yang dijual juga mereka catat. Data-data itulah yang nantinya dijadikan sebagai resource dan tambahan informasi dalam menghitung besarnya Nilai Jual Objek Pajak. Menjelang ashar mereka mengakhiri perburuan data di hari pertama. Dengan badan lemas dan bermandikan peluh mereka akhiri hari itu dengan rasa puas.

Hari kedua pencarian data lapangan masih dilanjutkan. Kali ini dengan area yang diperluas yaitu seluruh kota Tanjung Redeb. Di area ini ada pengalaman baru. Karena di area ini tim pencari data lapangan beberapa kali tertipu dengan papa bertulislah di jual. Maklum ini area kota bung . . .

Di kota terbesar di Kabupaten Berau ini papannya tidak lagi monoton sebagai media informasi tanah dijual tapi papan bertuliskan "DIJUAL KAMBING" "DIJUAL KAYU" dan lain-lain banyak bertebaran di sana. Tim sempat beberapa kali kecele dengan papan jenis yang kedua ini. Namun alhamdulillah hari kedua tim berhasil mengumpulkan banyak informasi transaksi properti di wilayah perkotaan ini.

Hari ketiga adalah hari penghabisan. Di hari ini semua tenaga dan fikiran dikonsentrasikan untuk memburu data. Mas Iwan licah bergerak ke sana- kemari, keluar masuk gang. Bapak Mahfud lincah memotret objek properti yang dijual, sedangkan pak narto mencatat segala data dan atribut yang dibutuhkan untuk mendukung terciptanya data yang akurat. Mereka bekerja dalam sebuah tim yang padu dan kompak. Mantab pokoknya.

Tengah hari setelah dirasa perolehan datanya cukup, mereka mengakhiri pemburuan data ini. Menjelang ashar mas Iwan membelokkan mobilnya ke pelataran sebuah rumah besar berbahan kayu beratapkan rumbai. Ooo . . . rpanya ini  Rumah Makan Sunda. Rasa lapar yang sudah tertahan sejak siang, menemukan pelampiasan di tempat makan yang menyediakan menu makan sehat ini. Alhamdulillah . . . rejeki anak sholih, setelah capek puter-puter kota, saatnya ngisi tenaga.

Seusai menuntaskan hajatnya dengan berbagai sajian khas Rumah Makan Sunda mereka balik ke Pos Pajak Berau, untuk berkemas pulang ke Tarakan. Di wajah mereka nampak kepuasaan karena sudah bekerja dengan sepenuh hati, berhasil menembus panasnya matahari kotaTanjung Redeb yang terkenal sebagai kota berhawa panas ini. Harap maklum kalau temperatur di kota ini di kenal sangat panas, sebab dari atas kita disorot panasnya sinar matahari. Sedangkan dari arah bawah kita dipanggang oleh batu bara yang terpendam di bawah kota Tanjung Redeb ini. Makanya temperatur kota ini panasnya cenderung konstan, karena kita ibaratnya dipanggang oleh dua sumber panas dari dua arah sekaligus, yaitu dari arah atas oleh teriknya matahari dan dari bawah oleh panasnya batu bara.

Alhamdulillah pekerjaan sudah tertunaikan dengan baik. Lega rasanya hati ini. Dan rasa lega yang semoga kelak bisa mendatangkan keberkahan hidup yang lebih besar lagi, aamiin . . .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun