Mohon tunggu...
Syam Jabal
Syam Jabal Mohon Tunggu... Human Resources - ASN

tukang burung (http://gudangjalakklaten.blogspot.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tukang Mie Ayam Klaten dan Petugas Pajak

18 November 2016   07:02 Diperbarui: 18 November 2016   13:52 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Daftar menunya ada pak ?” tanya bapak-bapak yang bodinya cocok sebagai kasubag umum itu . We la dalah . . . daftar menu ? Persis kayak yang kemarin, bisik hati pelayan. “Ini pak,” katanya sambil menyodorkan daftar menu. Dalam hati dia mengucap syukur alhamdulillah . . . ini pertanda baik. Rombongan orang-orang pajak  yang ramah, baik hati dan tidak sombong itu datang lagi, dan pertanyaan pertama mereka tentang daftar menu makan. Bukan soal NPWP . . . alhamdulillah

Tapi kayaknya ada yang aneh ya dengan orang-orang pajak ini. Kenapa jam istirahat seperti ini malah mereka gunakan untuk makan bareng-bareng teman kerjanya ? Kenapa mereka istirahat tidak pulang dan makan siang bersama keluarganya atau untuk sekedar bobok-bobok siang mengusir kepenatan badan setelah kerja setengah hari ini ? Bukankah mereka sehari-harinya kerja dari pagi sampai sore, la kok jam istirahat mereka tidak pulang kepada keluarganya ? Aneh ya . . .

Usut punya usut ternyata banyak di antara mereka para pegawai pajak itu yang tidak tinggal di Klaten. Mereka bekerja di kantor pajak Klaten, tapi rumah mereka ada yang berada di Solo atau di Jogja. Karena jauhnya jarak dari kantor ke rumah, sehingga jam istirahat tidak digunakan untuk pulang makan siang bersama keluarganya, apa lagi bobok siang. Bahkan diantara mereka ada yang keluarganya di Jawa Timur atau di Jawa Barat. Lah jauh amaatt . . .

Konon resiko bekerja di kantor pajak emang seperti itu. Mereka harus berpindah-pindah kantor mengikuti aturan mutasi yang ditetapkan oleh kantor pusatnya. Jadi seorang pegawai kantor pajak yang bekerja di Klaten bisa saja keluarganya menetap di kota Bekasi. Yang keluarganya di Klaten bisa juga berdinas di kantor pajak Kolaka atau Praya. Tahu nggak itu adanya di mana Kolaka dan Praya itu ? Indonesialah pokoknya. Ooo . . . begitu ya . . . kasian banget mereka ini . . . beda sama tukang mie ayam ya . . .

Kalau tukang mie ayam, di mana dia mangkal ya di situ keluarganya bermukim. Di mana dia mangkal di situ bumi dipijak sekaligus keluarga diajak. Simple amat ya tukang mie ayam ini . . . dunianya hanya selebar daun seledri . . . he he he . . .

Beda tempat berdinas tentu beda fulus yang mengalir ke kantong. Kalau dinasnya di kantor pajak tentu fulusnya lancar mengalir dalam bentuk gelondongan gede-gede warnanya merah-merah. Lebih-lebih jika dinasnya di kantor yang jauh, yang berada di pinggir-pinggir Indonesia. Iya to ?

Kalau dinasnya di rumah makan mie ayam tentu yang mengalir ke lacinya lebih sering dalam bentuk uang recehan. Alhamdulillah recehanpun kalau disyukuri bisa mengalir dengan deras. Kalau deras akan cepat bikin basah. Bukankah banyak orang yang pingin kerja di tempat basah ? Berarti dia cocok jadi tukang mie ayam, jualan di musim hujan . . . he he he . . .

Orang bijak pernah bilang bahwa di setiap tempat dan di setiap profesi ( dengan catatan bahwa keduanya adalah kebaikan ) ada berkahnya masing-masing. Tidak ada satu tempat atau satu profesi yang memborong semua berkah, dengan tidak menyisakan keberkahan untuk profesi yang lain.

Karena satu profesi kerap kali akan menjadi pelengkap bagi profesi yang lain. Seorang Bupati akan pergi ke kantor dengan baju kegedean dan celana kedodoran jika tidak ada tukang jahit. Seorang tukang jahit akan menjalani profesinya dengan aras-arasen jika tidak dibantu si mbok tukang jamu untuk membuatkan beras kencur penambah staminanya. Si mbok jamu juga tidak semangat bekerja jika perut nya lapar. Di sinilah tukang mie ayam bisa menjadi pahlawan penyelamat si mbok jamu, karena tukang mie ayam sudah tahu rahasianya yaitu semangkok mie ayam. Yang terakhir kebagian peran tentu saja bapak dan ibu dari kantor pajak tadi. Perannya apa hayo ?

Jika semua profesi di atas bisa seiring sejalan maka segalanya akan menjadi indah. Senyum pak Bupati bisa segera mengembang karena sektor UKM bertumbuh dengan baik, di mana hal ini berarti bertambahnya kesejahteraan pada rakyatnya, sekaligus bisa menjadi tambahan retribusi bagi Pemda. Sektor pajak juga mendapatkan berkahnya karena jika sektor UKM bertumbuh dengan baik maka PPh juga akan terdongkrak. Iya to ? Demikian dengan om tukang jahit, mbok jamu dan tukang mie ayam, semua bisa tertawa-tawa bersama dengan riang gembira . . .

Begitulah mata rantai profesi itu berkelit kelindan hingga terjalin keharmonisan, karena memang saling membutuhkan. Syukur-syukur jika pak Bupati juga penikmat mie ayam, seperti bapak ibu dari kantor pajak, om tukang jahit dan mbok jamu  . . . mari mampir di Rumah Makan Mie Ayam LEGENDA Klaten. Mampir masss . . .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun