Mohon tunggu...
Pairunn Adi
Pairunn Adi Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuka fiksi

Seorang Kuli Bangunan yang sangat suka menulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Luka Erene dan Janji Al

19 September 2016   09:26 Diperbarui: 19 September 2016   09:28 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesekali Erene lebih suka melihat Al menjadi musim semi di rumahnya yang kosong. Al boleh dengan leluasa melahirkan tawa, narasi, dan suka-cita tumbuh di sana-sini. Atau, ia hendak mengepal angin? ada segenggam nafas yang bisa ia petik dari debar dada Erene, mengambil, memastikan rindu akan mekar dan rimbun di jantungnya, satu saat nanti.

Jantung Erene mulai berdetak tak beratur, ketika Al melukis segaris lengkung di wajahnya yang tampan itu. Sejak lukanya mulai mengering, Erene menaruh harap, mengantung wajah Al pada ruang kosong angannya.

Ini bukan tentang percakapan basa-basi. Ini mimpi yang telah dibesarkan waktu sedemikian rela ketika Al menunggu saat Erene masih mengemas luka masa lalu.
Ini juga tentang kesepakatan januari. Al pasti masih ingat janjinya.

"Tidak baik mengingkari janji, Al. Lihat piasnya. Lihat baik-baik!" seru Erene ketika berama Al di sebuah rumah sakit.

"Aku tak pernah mengingkari janji, Er. Tapi, sejak kecelakaan itu, keadaanku berubah. Aku tak dapat menyentuh apa pun di dunia ini, termasuk menyentuh pipimu untuk menghapus basah itu. Kau pun tak bisa melihatku lagi, mendengar suaraku pun, kau tak bisa. Aku harus gimana, Er?" Al bingung, sekaligus sedih melihat Erene terpuruk janji yang ia ucapkan.

Lesi telah begitu rela mengisi dada Al, meski acap Erene abaikan kedatangannya. Itu keinginan lebih kuat dari sebelumnya ketika angguk Erene merelakan jari disemati kesepakatan. Lalu menjadi utuh sebuah harapan yang sekian lama diimpikan.


Tidak mudah menunggu dalam pengabaian.Terlalu sulit mendapat cinta tanpa tuntutan, dan Erene pernah dicintai sehebat itu?
Kukira tidak. Setidaknya sebelum ini. Bahkan seribu satu cinta seperti itu ada. Erene memahami, lalu meyakini bahwa ini yang terbaik.

"Al, menarilah. Rumahku suwung, Sayang. Janji juga menggantung tak tenang di sini, menunggu senyum dan jemarimu ter-ulur ke arahku--ke mimpi kita," lirih suara Erene, seorang diri, menunggu Al di sebuah Taman yang pernah ia janjikan.

Al hanya mampu melihat dari dimensi lain. Ia amat menyesali telah menaruh harap pada luka dada Erene.

Pairun Adi/Senandung Kiara
Pinang 16 september 2016.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun