Mohon tunggu...
Padepokan Rumahkayu
Padepokan Rumahkayu Mohon Tunggu... -

Padepokan rumahkayu adalah nama blog yang dikelola oleh dua blogger yang suka bereksperimen dalam menulis, yakni Suka Ngeblog dan Daun Ilalang. 'Darah di Wilwatikta' ditulis bergantian oleh keduanya dengan hanya mengandalkan 'feeling' karena masing- masing hanya tahu garis besar cerita sementara detilnya dibuat sendiri-sendiri. \r\nTulisan- tulisan lain hasil kolaborasi kedua blogger ini juga dapat ditemukan di kompasiana.com/rumahkayu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Darah di Wilwatikta Eps 16: Selendang Pelangi Para Bidadari

26 November 2011   18:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:09 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Lelaki yang tadi berkata-kata terbahak.

"Kau tak mengenal kami, gadisku?" Suaranya serak dan kasar.

Kiran tak menjawab.

Lelaki itu terus terbahak.

"Siapa kalian?" tanya Kiran untuk kedua kalinya. Suaranya masih tetap dingin dan tajam.

Dhanapati mencatat dalam hati. Gadis ini rupanya memang bukan seseorang yang bisa dipermainkan. Ilmu pengobatan yang dimilikinya sangat tinggi. Dan dia seringkali tampak begitu polos dan lugu. Tapi suara dingin dan menusuk yang baru didengarnya barusan…

Dhanapati menanti. Dia mulai berpikir bahwa mungkin kekuatirannya tadi terlalu berlebihan. Sikap yang baru ditunjukkan Kiran adalah sikap seseorang yang sangat siap turun ke tengah gelanggang pertempuran jika dibutuhkan. Dia sangat percaya diri, dan artinya, pikir Dhanapati, walau tak tampak, pastilah sebetulnya dia sudah mengamati lawan dan memperhitungkan langkahnya jika para lawan menyerang!

Baru saja Dhanapati berpikir begitu, dalam sejentikan jari, lelaki yang tadi memanggil Kiran dengan sebutan ‘gadisku’ maju ke depan. Dia melompat dan berusaha menjangkau Kiran. "Menyerah sajalah, gadisku. Menyerah saja pada kami, Iblis Sapta Kupatwa."

Dhanapati menahan napas ketika dalam kecepatan yang amat sangat, hampir tak tampak memasang kuda- kuda, Kiran tiba-tiba melompat tinggi, lalu berputar dan melayang ke atas kepala penyerangnya yang rupanya berasal dari kelompok bernama Iblis Sapta Kupatwa itu. Lalu dengan sangat halus Kiran kembali melayang turun, menjejak tanah tanpa suara.

Kini dia berada di belakang ketujuh lelaki tak dikenal itu. Enam orang berjajar sekitar tiga tombak di depannya, membentuk setengah lingkaran. Sementara laki- laki yang tadi menyerangnya berada jauh di sana, tak berapa jauh dari tempat Kiran sebelumnya berdiri. Lelaki itu kalap. Malu bukan main karena ketika hendak menangkap Kiran dia hanya menjangkau angin. Gadis yang hendak dijangkaunya ternyata melompat menjauh..

Lelaki tersebut kini berdiri menghadapi pintu yang terbuka. Sementara itu dua langkah di belakang pintu Dhanapati berusaha agar tetap dapat berdiri tegak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun