Mohon tunggu...
Padepokan Rumahkayu
Padepokan Rumahkayu Mohon Tunggu... -

Padepokan rumahkayu adalah nama blog yang dikelola oleh dua blogger yang suka bereksperimen dalam menulis, yakni Suka Ngeblog dan Daun Ilalang. 'Darah di Wilwatikta' ditulis bergantian oleh keduanya dengan hanya mengandalkan 'feeling' karena masing- masing hanya tahu garis besar cerita sementara detilnya dibuat sendiri-sendiri. \r\nTulisan- tulisan lain hasil kolaborasi kedua blogger ini juga dapat ditemukan di kompasiana.com/rumahkayu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Darah di Wilwatikta Eps 1: Lebih Hitam dari Kegelapan

27 Januari 2011   08:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:08 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Ahhh….

Dhanapati kembali menggigil. Pemandangan itu kembali menari-nari di benaknya. Pemandangan sang istri dan putranya yang berselimut darah segar….

Dhanapati melawan, tentu saja. Seperti harimau terluka dia mengamuk. Pedang Api-nya benar-benar mengeluarkan api.

Namun yang dihadapi bukan jagoan biasa. Tujuh lawan yang dihadapi adalah jagoan pilihan Kerajaan Majapahit. Enam di antaranya memiliki kemampuan kanuragan yang setara dengannya. Yang satunya lagi, bahkan memiliki ilmu kanuragan berlipat di atasnya.

Pertempuran berakhir sangat singkat. Berawal ketika dia merasa perih di punggung. Cakar Mayat Beku milik Bayu Segara menghantam. Disusul sodokan Ajian Serat Jiwa dari Brontoseno. Dan tebasan golok milik Ayu Ningrum. Dan hantaman Ajian Waringin Sungsang dari Lembu Kapang…

Dia mengenal ilmu-ilmu itu sama seperti mengenali ilmunya sendiri. Dhanapati berkali-kali melihat ketika mereka latihan. Dia juga beberapa kali melihat langsung bagaimana ilmu-ilmu itu menghajar musuh. Yang dikuasai rekan-rekannya adalah ilmu tingkat tinggi yang telah menggemparkan Jawadwipa selama ratusan tahun.

Namun Dhanapati tak pernah menyangka kalau dia benar-benar akan merasakan kehebatan pukulan itu. Bukan latihan seperti biasa, namun hantaman yang mengincar nyawa!!

“Kami tak akan membunuhmu,” ujar Bhagawan Buriswara ketika Dhanapati terbaring tak berdaya. “Bhayangkara Biru tak pernah membunuh sesama anggota. Biarlah alam yang membunuhmu. Biarlah cacing tanah berpesta pora menikmati tubuh busukmu. Biarlah burung gagak mencabik dagingmu….”

Dan Dhanapati dibiarkan hidup.

***

Dhanapati tersuruk, melangkah limbung. Sekujur tubuhnya terasa sakit. Sakit yang perih menusuk. Berdenyut berirama, irama kematian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun