Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Inilah 4 Pilihan Aktivitas Ramadan di Rumah Aja, Insya Allah Menyehatkan Fisik, Hati, dan Iman

27 April 2021   01:00 Diperbarui: 27 April 2021   01:33 2141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktivitas Ramadan di Rumah Aja. Memetik Cabai di Kebun dekat Rumah. Dok. Ozy V. Alandika

"Tidak semua orang di dunia ini yang memiliki banyak waktu untuk senantiasa berkumpul dengan keluarga dan menikmati suasana rumah, walaupun dalam bulan Ramadan sekalipun . Maka darinya, ketika kita sedang di rumah, manfaatkanlah dengan baik segenap kesempatan di rumah aja."

Adapun yang termasuk "kubu" tidak semua orang yang ditegaskan itu salah satunya adalah aku. Ya, karena kesibukan pekerjaan dan pendidikan aku cukup sering makan siang di warung makan, menginap di masjid luar kota, menumpang bermalam di rumah teman baru, atau pulang larut.

Pada bulan Ramadan tahun ini pula begitu. Beberapa kali aku berbuka di tengah perjalanan karena belum sampai ke rumah. Dan ketika sampai di rumah, tak jarang lampu rumah sudah gelap yang menandakan bahwa anggota keluarga seisi rumah sudah nyenyak beristirahat.

Walau demikian, bukan berarti aku tidak punya waktu "rumahan", ya. Hehehe.

Pada hari-hari Ramadan di tengah pandemi kali ini, aku juga menyempatkan untuk melakukan aktivitas berpuasa di rumah aja.

Tapi tenang, aktivitas ini tidak melulu tentang tiduran, santai-santai, serta bermalas-malasan, ya. Sia-sia bin percuma rasanya jika Ramadan yang penuh dengan keutamaan ini kita habiskan tanpa melakukan kegiatan yang menyehatkan fisik, hati, dan iman.

Syahdan, mengapa harus kusebut kesehatan fisik, hati, dan iman?

Bersandar pada hasil survei Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), masalah psikologis terbanyak ditemukan pada kelompok usia 17-29 tahun dan  kelompok umur di atas 60 tahun.

Detailnya, dari 4010 swaperiksa PDSKJI didapat hasil sebanyak 65% cemas, 62% depresi, dan 75% trauma gegara kehadiran pandemi di Indonesia.

Itu baru sekadar swaperiksa masalah psikologis, kan? Belum ditambah dengan tumpukan pekerjaan dan segenap kebosanan ketika seseorang berdiam di rumah. Padahal rumah sejatinya ialah tempat santai, eh, kok malah membuat diri semakin tertekan. Bahaya!

Maka darinya, sebagai umat beragama tentu kita perlu mengolaborasikan kesehatan fisik, mental, dan iman untuk menepis segala kegundahan yang berkaitan dengan kesehatan psikologis. Alhasil, sewaktu Ramadan di rumah aja aku berusaha melakukan 4 aktivitas berikut ini:

1. Menjemur Kopi di Halaman Rumah

Aktivitas menjemur kopi. Dok. Ozy V. Alandika
Aktivitas menjemur kopi. Dok. Ozy V. Alandika

Setelah matahari terbit, banyak orang akan keluar rumah untuk berjemur. Aku pula demikian. Hanya saja, caraku berjemur sedikit berbeda karena langsung kukolaborasikan dengan aktivitas fisik yaitu menjemur kopi.

Ya, setiap kali Ramadan tiba, setiap kali itu pula kopi di ladang kami memerah. Alhasil, kegiatan menjemur kopi juga meningkat demi mengejar target penjualan jelang hari raya.

Sejatinya menjemur kopi adalah salah satu aktivitas fisik yang juga merupakan bagian dari olahraga, bukan?

Tentu saja. Aktivitas membentang terpal kopi, mengangkut berkarung-karung kopi, serta mengaduk jemuran kopi agar merata adalah bagian dari aktivitas olahraga yang bakal menghasilkan keringat.

Maka dari itulah, seseorang yang menjemur kopi bakal mendapatkan manfaat kesehatan fisik berupa olahraga sekaligus berjemur di bawah sinar matahari pagi.

2. Berkebun dan Menikmati Suasana Hijau di Sekeliling Kebun Dekat Rumah

Kebun Cabai Setan di belakang rumah. Dok. Ozy V. Alandika
Kebun Cabai Setan di belakang rumah. Dok. Ozy V. Alandika

Aku beruntung karena telah dilahirkan serta hidup bersama keluarga petani. Ya, di sekeliling rumahku adalah kebun dan kebun tersebut begitu bervariasi.

Di seberang rumahku ada tanaman sawi dan terong, di sekeliling tebing rumahku ada berbagai jenis pisang, sedangkan di kebun belakang rumahku ada tanaman cabai rawit, cabai merah lokal, dan cabai setan.

Bagiku, entah itu bulan Ramadan atau bulan-bulan biasa, tiada hal yang lebih menyenangkan fisik dan hati selain menikmati indahnya kegiatan berkebun.

Ya, lirikan kanan, kiri, depan, belakang, hingga bawah semuanya penuh dengan warna kehijauan.

Ini pisang 40 hari di kebun belakang rumah. Dok. Ozy V. Alandika
Ini pisang 40 hari di kebun belakang rumah. Dok. Ozy V. Alandika

Diterangkan dalam jurnal penelitian karya Richard Thompson berjudul Gardening for health: a regular dose of gardening bahwa, aktivitas berkebun sangat bermanfaat bagi kesehatan karena menggabungkan aktivitas fisik dengan interaksi sosial antara paparan alam dengan sinar matahari.

Selain itu, bekerja di kebun yang melibatkan aktivitas menggali, menyapu, memetik sayuran, hingga menata tanaman menggunakan kalori yang sama seperti aktivitas nge-gym.

Alhasil, bukan hanya segi fisik saja yang sehat melainkan juga mental kita ikut bahagia karena melihat kehijauan.

Hanya saja, sebagaimana yang kita rasakan bersama, aktivitas berkebun selama Ramadan sebaiknya jangan terlampau diporsir alias dipaksakan. Sama seperti kita bekerja, jikalau lelah mari kita istirahat sejenak.

3. Membaca Quran dan Buku-Buku untuk Menambah Sekaligus Memperbaharui Pengetahuan

Ramadan di Rumah Aja? Saatnya tingkatkan ilmu dan iman dengan membaca Quran dan buku. Dok. Ozy V. Alandika
Ramadan di Rumah Aja? Saatnya tingkatkan ilmu dan iman dengan membaca Quran dan buku. Dok. Ozy V. Alandika

Sebagai seorang guru, aku tidak boleh berhenti membaca. Terang saja, jikalau aku memutuskan setop untuk menjadi guru yang bertumbuh, rasanya aku tidak akan bisa lagi menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa di sekolah.

Jangan-jangan nanti jikalau ada anak yang bertanya, lantas kujawab begini:

"Nah, pertanyaan yang bagus dan berbobot. Itu adalah PR kalian di rumah, ya. Jangan lupa dikumpulkan esok pagi."

Hahaha, sayangnya aku enggan menggunakan trik semacam itu. Toh, sekarang kan eranya mastery learning. Jikalau anak-anak bingung, guru sebaiknya membantu dan terjun bersama-sama dengan mereka untuk melakukan aktivitas problem solving.

Nah, dalam kesempatan Ramadan kali ini, yang menjadi aktivitas membaca wajib bagiku adalah Qur'an. Ya, bukan sekadar membaca, muroja'ah, atau melirik terjemahan Quran melainkan juga mendalami tafsir kemudian memetik refleksi dari sebuah ayat.

Aku benar-benar mengganggap rangkaian kegiatan tersebut penting karena akhir-akhir ini banyak orang sering berdebat di media sosial gegara perbedaan dalil. Bahkan, debat tersebut malah menjadi-jadi dan berakhir dengan "perang" di media sosial.

Padahal, jika dilirik lagi ternyata ada dalil lain yang menjadi dasar sebuah amalan. Intinya adalah, bukan mendebat dalil paling shahih melainkan berusaha menerima adanya perbedaan pandangan.

Bukankah semakin banyak ilmu seseorang semakin rendah hati?

Juga, bukankah semakin banyak ayat dan ilmu yang dibaca, iman seseorang akan bertambah?

Begitulah seharus dan semestinya. QS Al-Anfal ayat 2 juga menegaskan bahwa:

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal."

Alhasil, jika sikap diri bertentangan dengan ayat di atas, berarti ada yang salah dengan hati kita.

O ya, selain membaca Quran aku pula sering melirik buku dan jurnal penelitian yang terselip di sebuah artikel. Terkadang kan ada tuh artikel yang disisipi link kontekstual yang menandakan bahwa si penulis mengutip dari sana, mengutip dari sumber utama.

Sejauh pandangku, link seperti itu sangat bermanfaat bagi kita yang ingin mendalami sebuah pengetahuan secara lebih luas. Maka dari itu, sesibuk apa pun kita, sempatkan dan sediakan waktu untuk membaca.

4. Menulis di Blog dan Corat-Coret di Buku Catatan

Menulis di Blog Pribadi Membuang Keresahan di Dalam Hati. Dok. Gurupenyemangat.com
Menulis di Blog Pribadi Membuang Keresahan di Dalam Hati. Dok. Gurupenyemangat.com

Semenjak bergabung di Kompasiana pada awal Juli tahun 2019 lalu, tanpa sadar aku semakin rutin menulis artikel. Walaupun dulunya obsesiku menulis hanya karena materi belaka, namun semakin sering menulis aku semakin menikmati yang namanya kesenangan berbagi.

Tidak hanya di Kompasiana, aku pun mulai mengembangkan blog pribadi seraya mencoba menulis beragam topik selain pendidikan. Membahagiakan memang, apa lagi kalau ada tulisan yang menurut diri bermanfaat kemudian dibaca oleh banyak orang. Itu keren pake banget.

Terkadang, aku cukup susah membagi waktu seraya menyempatkan diri untuk menulis. Sesekali aku menulis ketika ada jam istirahat di sekolah, ketika sedang menanti berbuka puasa, ketika beristirahat sejenak setelah tiba di kampus, serta waktu kosong lainnya.

Harapanku adalah, seiring dengan bertambahnya jumlah tulisanku, maka bertambah pulalah orang-orang yang terinspirasi dengan tulisanku.

Meski begitu, dari semenjak SMA hinggalah hari ini ada satu hal tentang tulis-menulis yang tidak bisa kutinggalkan. Ya, aku senang corat-coret buku menggunakan pena ketika merangkum jurnal, buku, hingga webinar.

Aku sering corat-coret buku tulis agar lebih cepat memahami suatu teori, ilmu, serta pengetahuan. Dok. Ozy V. Alandika
Aku sering corat-coret buku tulis agar lebih cepat memahami suatu teori, ilmu, serta pengetahuan. Dok. Ozy V. Alandika

Sejujurnya aku sangat terbantu dengan tulisan pena yang centang-perenang itu terutama ketika aku terlupa dengan suatu gagasan/konsep yang dulunya aku ingat. Bahkan, ketika persiapan mengisi ceramah Ramadan aku lebih sering corat-coret buku daripada harus print out dokumen.

Perasaanku, diriku punya kecenderungan lebih cepat paham dengan tulisan tanganku sendiri daripada membaca buku maupun jurnal yang dicetak.

***

Demikianlah 4 aktivitas utamaku ketika menjalani ibadah puasa bulan Ramadan di rumah aja. Bagi orang yang sering bepergian sepertiku, suasana rumah yang sehat, tentram, harmonis, serta membuka pintu berkah dan ladang pahala adalah suasana yang aku idamkan.

Maka dari itulah, kesehatan fisik, hati, dan iman perlu sama-sama hadir serta saling mendukung. Jika belum hadir? Maka dimulai dari diri sendiri untuk berusaha menghadirkannya. Insya Allah bakal berkah syahdan menyehatkan fisik, hati, dan iman.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun