Selain itu, bekerja di kebun yang melibatkan aktivitas menggali, menyapu, memetik sayuran, hingga menata tanaman menggunakan kalori yang sama seperti aktivitas nge-gym.
Alhasil, bukan hanya segi fisik saja yang sehat melainkan juga mental kita ikut bahagia karena melihat kehijauan.
Hanya saja, sebagaimana yang kita rasakan bersama, aktivitas berkebun selama Ramadan sebaiknya jangan terlampau diporsir alias dipaksakan. Sama seperti kita bekerja, jikalau lelah mari kita istirahat sejenak.
3. Membaca Quran dan Buku-Buku untuk Menambah Sekaligus Memperbaharui Pengetahuan
Sebagai seorang guru, aku tidak boleh berhenti membaca. Terang saja, jikalau aku memutuskan setop untuk menjadi guru yang bertumbuh, rasanya aku tidak akan bisa lagi menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa di sekolah.
Jangan-jangan nanti jikalau ada anak yang bertanya, lantas kujawab begini:
"Nah, pertanyaan yang bagus dan berbobot. Itu adalah PR kalian di rumah, ya. Jangan lupa dikumpulkan esok pagi."
Hahaha, sayangnya aku enggan menggunakan trik semacam itu. Toh, sekarang kan eranya mastery learning. Jikalau anak-anak bingung, guru sebaiknya membantu dan terjun bersama-sama dengan mereka untuk melakukan aktivitas problem solving.
Nah, dalam kesempatan Ramadan kali ini, yang menjadi aktivitas membaca wajib bagiku adalah Qur'an. Ya, bukan sekadar membaca, muroja'ah, atau melirik terjemahan Quran melainkan juga mendalami tafsir kemudian memetik refleksi dari sebuah ayat.
Aku benar-benar mengganggap rangkaian kegiatan tersebut penting karena akhir-akhir ini banyak orang sering berdebat di media sosial gegara perbedaan dalil. Bahkan, debat tersebut malah menjadi-jadi dan berakhir dengan "perang" di media sosial.
Padahal, jika dilirik lagi ternyata ada dalil lain yang menjadi dasar sebuah amalan. Intinya adalah, bukan mendebat dalil paling shahih melainkan berusaha menerima adanya perbedaan pandangan.
Bukankah semakin banyak ilmu seseorang semakin rendah hati?