Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Seni Berjualan di Era Milenial

18 September 2020   16:59 Diperbarui: 18 September 2020   19:19 1125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Enggak promosi, enggak laku (Foto: Pexels.com)

Tentu saja, aku yang hanya mendampingi sahabatku saja sempat kewalahan mendeskripsikan barang jualan.

Pengalaman mendampingi sahabat berjualan popcorn di sebuah taman wisata di Curup (Foto: Lukman Mubarok)
Pengalaman mendampingi sahabat berjualan popcorn di sebuah taman wisata di Curup (Foto: Lukman Mubarok)
Bahkan, saat diminta untuk menjaga lapak popcorn, aku sampai lupa di mana letak kantong plastik pembungkus popcorn. Malah si pembeli yang menunjukkannya kepadaku. Kataku dalam hati: beruntung aku menunggu lapak ini hanya setengah jam!

Dan setelah sahabatku datang, barulah kami berdiskusi hangat mengulik topik "mental jualan". Memang terasa betul dag-dig-dug-nya jikalau berdagang seorang diri di tengah keramaian.

Ku kira, di era milenial seperti saat sekarang ini keadaannya juga masih sama. Walaupun sebagian lapak jualan sudah berpindah ke media sosial, tapi bukan perkara mudah untuk selalu rajin memposting barang dagangan.

Karena aku sendiri juga sudah mulai berjualan dalam beberapa bulan ini, aku pun merasa bahwa terkadang ada rasa "tak enak" hati untuk terus mempromosikan produk jualanku. Apalagi saat jumlah like terhadap postinganku sedikit, "iman jualan" serasa naik turun. Hahaha

Padahal, ya, itu tadi. Kalo enggak promosi, gimana mau laku! Terang saja, larisnya sebuah produk jualan tidak semata-mata dilihat dari banyaknya like terhadap postingan di medsos. Siapa tahu para pelanggan langsung japri si penjual, kan? Pasti begitu kok.

Berjualan Itu Tak Selalu Laku

Berjualan di era milenial itu serba laris dan cenderung laku banyak? Oh, belum tentu. Memang benar bahwa para penjual suka update status tentang testimoni produk--termasuk aku sendiri--syahdan postingan mereka dikerumuni banyak komentar.

Tapi, para pelanggan yang "naksir" sampai akad tidak sebanyak itu. Malahan, postingannya sekadar ramai komentar saja tanpa ada yang beli.

Apalagi di era milenial, terkadang teman-teman dunia maya hanya berniat untuk meramaikan lapak online para pedagang.

Beruntunglah kita bila mempunyai teman-teman yang seperti itu. Mereka baik hatinya, dan di balik komentar itu, mereka biasanya menyelipkan doa untuk kesuksesan kita. Aamiin. Begitulah seni jualan di era milenial.

Ketika barang dagangan sedang laris, rezeki datang mulus ibarat tumpahan air hujan dari langit. Tapi, ketika barang sedang sepi pelanggan, rezeki berasa tersendat layaknya pohon jagung muda yang tumbuh di tanah yang tandus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun