Kalau begitu, agaknya guru malah merugi karena telah repot-repot membuat materi ajar berupa lembar kerja. "Proses belajar" siswa sangat sedikit jikalau cuma bolak-balik halaman buku. Kalau nanti ada ujian? Lha, materi yang bersifat hafalan kan sudah tersedia di google!
Keempat, Memilih Media Ajar yang Tepat
Media pembelajaran juga penting? Tentu saja, media ajar ibarat kendaraan yang dapat digunakan agar materi pembelajaran bisa "sampai" kepada siswa.
Makna "sampai" di sini bukan sekadar fisik dari materi, melainkan juga esensi konten, pemahaman konten, serta pemaknaannya. Jika sampai secara utuh, maka barulah pengembangan materi ajar yang sudah diupayakan oleh guru bisa dikatakan efektif.
Kita ambil contoh, misalnya materi ajar PJJ yang telah guru kembangkan adalah "Praktik Gerakan Senam Lantai".
Sebagus-bagusnya materi ajar tentang praktik senam lantai, kalaulah kemudian tidak disajikan media gambar atau video tutorial singkat dari guru, tentu para siswa hanya sampai "setengah mengerti". Kalau sistem pembelajarannya adalah tatap muka sih oke. Kalau PJJ?
Ini hanya sekadar contoh sederhana yang menggambarkan tentang pentingnya peran media ajar dalam mendukung efektivitas pembelajaran. Desain materi ajar yang bagus kalau tidak berbanding lurus dengan media ajar yang efektif, maka pembelajaran jadi kurang lengkap.
Maka dari itulah langkah "memilih media ajar yang tepat" tetap saya cantumkan sebagai langkah terakhir sebelum pemberian materi ajar.
Ketika empat langkah ini sudah ditempuh dengan niat yang tulus untuk mencerdaskan anak bangsa, semangat yang membuncah, serta memahami dan memaklumi keadaan yang ada, rasanya PJJ di era pandemi akan sukses besar. Jadi, tetap semangat!
Salam.