Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pandemi adalah Momentum, PJJ ialah Awal Titik Terang

15 Agustus 2020   19:59 Diperbarui: 15 Agustus 2020   20:14 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh _freakwave_ dari Pixabay 

Mau dibawa ke mana pendidikan kita hari ini?

Apakah akan segera dituntun ke arah transformasi?

Apakah mau digenjot ke arah revolusi?

Apakah mau diajak menuju digitalisasi?

Atau, mau mandek dan betah dengan kualitas hari ini?

Jawaban dari rangkaian pertanyaan ini tentu akan beragam. Berbeda gagasan antara satu kepala dengan kepala yang lain. Namun, saya kira kesimpulan dari sekarung jawaban itu sangatlah sederhana. Yaitu, tentang bagaimana kita.

Siswa, ialah tentang bagaimana mereka mampu "melahap" profil Pancasila hingga berdarah-daging karakter.

Orangtua, ialah tentang bagaimana mereka mampu menciptakan "Kurikulum Pertama" yang dimulai dari rumah. Yaitu tentang karakter diri, serta bagaimana caranya menjadi "orang".

Guru dan kepala sekolah, ialah tentang bagaimana mereka mampu terus menuangkan aksi, kreasi, inovasi, hingga motivasi kepada generasi penerus bangsa ini.

Sedangkan pemerintah? Ialah bagaimana mereka mampu mewujudkan kemerdekaan pendidikan kepada tiap-tiap anak bangsa tanpa terkecuali, bagaimana mereka mampu mewujudkan pemerataan, perhatian, hingga kesejahteraan para guru.

Tampaknya tugas pemerintah lebih banyak, bukan? Tapi, penanggungjawab utama sesungguhnya adalah orangtua siswa. Sedangkan dari sisi etis, juga termasuk tanggung jawab para guru.

Ketika komponen-komponen pendidikan ini bersatu, lahirlah sistem pendidikan nasional yang kemudian dinahkodai oleh pemerintah.

Pemerintah teriak maju, maka komponen-komponen di bawahnya juga berusaha untuk berkemajuan. Meski demikian, sikap teriak tidak selalu sama indahnya dengan kenyataan. Keadaan di lapangan kadang lebih "kejam" dibandingkan catatan tebal di sebalik meja kerja.

Untuk itu, diperlukan perhatian, kerjasama, sama kerja, sama visi-misi, hingga sama aksi demi mencapai pendidikan yang berkemajuan.

Pandemi adalah Momentum

Gambar oleh _freakwave_ dari Pixabay 
Gambar oleh _freakwave_ dari Pixabay 
Seperti kita ketahui, hadirnya pandemi seakan telah membuka "aib" bagi pendidikan kita sendiri. Bicara tentang aib, tentu saja ada unsur kurang dan kekurangan.

Di awal munculnya pandemi, semua orang mulai sadar dengan kesenjangan pendidikan, semua orang mulai sadar tentang betapa pentingnya perhatian orangtua, dan semua orang mulai mengerti tentang apa sesungguhnya alasan di balik sikap "adaptasi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun