Akulah sang titik yang merindukan morse. Ialah ketika sang mentari masih tergelincir. Dan kakakku sibuk mengumpulkan kayu bakar.
Akulah sang garis yang merindukan morse. Ialah ketika gemericik air melandai dari sungai-sungai. Dan reguku sibuk menegak pionering.
Panjang, panjang, pendek. Pendek, pendek, panjang. Panjang, pendek, panjang. Bergantian kucecar peluit bekas keringat. Bertukaran kusedak senter setulus tumbuh rumput.
Akulah titik yang merindukan morse. Sungguh! Bagaikan sayatan yang tak berkesudahan. Pedih dalam penantian. Tapi selalu indah untuk bercerita di tapak perkemahan.
Hati kita terang dengan api unggun. Cita-cita tergantung di gapura. Mencintai setulus simpul dan ikatan. Kita selalu kompak atas bimbingan pratama.
Curup, 14 Agustus 2020