Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jabodetabek Mati Lampu, Anak-anak Jangan Bolos Sekolah!

5 Agustus 2019   06:07 Diperbarui: 6 Agustus 2019   02:32 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak tetap semangat bersekolah meski belum tersentuh listrik. Gambar dari @mudaberkarya

Disaat Jabodetabek heboh dan viral karena gelap, saya teringat dengan pengalaman beberapa tahun yang  lalu.

Adalah di SD Negeri 155 Lubuk Alai, Desa Palembang Kecil, Kecamatan Sindang Beliti Ulu, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu. 12 Desember 2017 lalu, meski hanya menjadi relawan pengajar 3 hari, tetapi memberikan banyak pelajaran berharga, bahwa hidup tidak hanya tentang diri sendiri tapi tentang kita.

Terpanggil untuk ikut andil menjadi bahagian untuk berkontribusi sosial di pedalaman dusun yang tak terpetakan, belum teraliri listrik dan akses jalan yang belum bagus. Dan sempat saya bertanya dengan salah satu rekan di @muda berkarya, ternyata sampai hari ini, desa ini belum sama sekali tersentuh listrik.

Saya dan rekan @Masita Ariani, selaku dosen IAIN Curup Bengkulu mendapat bagian mengajar kelas satu. Meski hanya terdiri dari 2 siswi dan 3 siswa, tapi tidak sedikitpun menyurutkan kami untuk memberikan motivasi dan pengajaran yang terbaik untuk mereka. Materi ajar dan media belajar sudah disiapkan. Eksekusi pun dimulai dengan berbagai teknik.

Karena ini pertemuan pertama, maka setelah salam, ku tanya satu per satu "Hape name nga"? (siapa nama mu) dan "Yem mane uma nga"? (dimana rumah mu). 

Sebenarnya kami tidak bisa bahasa ibu mereka, tapi kami membuat catatan kecil seputar pertanyaan-pertanyaan umum. Eksekusi pun berlanjut. Hmmm, mengajari mereka berhitung. "Setu, due, tige, empat, lime... " Kami mengajarkan pertambahan dan pengurangan.

"Due ditambah tige berapee"? Sebagian anak menjawab "Lime". "Lime dikurang tige berapee nak"? Semua anak terdiam. Pun kami terdiam n sedikit bingung kenapa tidak ada yang bisa merespon. Kebetulan di dalam kelas tersebut ada salah seorang wali murid yang bisaya membantu kami mentransfer bahasa. 

"Pakek kata cepak buk, pak". Kami pun langsung sigap. "Lime cepak due berapee nak"? Mereka langsung menjawab "Tige". Huffffttttt, untung ada si ibu, hehe.

20 menit sebelum kelas berakhir, kami menanyakan satu pertanyaan lagi. "Nga nak jadi name mile la beso"? (kamu mau jadi apa kalo sudah besar). "Jadi orang..." C**** (salah satu murid): Jadi orang tua. P***(salah satu murid): jadi orang kaya. Begitu polosnya anak-anak ^^

Tergerak hati 

Ketika kalian bisa pergi ke sekolah, kampus, pasar dalam waktu 5-10 menit, ada saudara kita yang harus jalan kaki berjam-jam. Ketika kalian bisa belajar, baca buku, posting ini, upload itu, ada saudara kita yang hanya ditemani lilin dan penerangan ala kadarnya. 

Saya pribadi merinding, setelah beberapa kali wawancara dengan siswa disini. Rumah mereka ada yang dibukit, yang butuh 3 jam jalan kaki untuk sampai ke sekolah. Sungguh, alangkah hebatnya mereka.

Karena tidak ada sedikitpun akses listrik, maka saat malam datang rasanya begitu gelap. Serasa kami sedang piknik dengan  di iringi suara gitar dan canda tawa warga yang antusias mengunjungi kami. 

Kami pun menginap di SD selama 2 malam, dan beberapa kali belajar bahasa mereka. Ya, meski masih satu kabupaten tetap kami belum sepenuhnya mengerti bahasa lembak.

Pagi harinya, suasana sangat dingin dan kami bersiap untuk mandi di pancuran. Karena lama, akhirnya kaum laki-laki mandi disungai. Sungguh alangkah dinginnya disini! Adakala senang karena masih begitu alami, adakalanya miris melihat keadaan negeri ini.

Tiada Alasan Anak Tidak Bersekolah

Melihat perbandingan ini, sungguh tiada alasan bagi anak untuk tidak bersekolah. Terlebih lagi jika akses jalan dan kesempatannya mudah. Jangan karena mati lampu sesaat, rasa malas bertandang untuk menyuruh kita tidak sekolah, tidak beraktivitas. 

Alangkah lemahnya diri ini. Maka dari itu tetap motivasi anak-anak kita untuk bersekolah. Jadikan pengalaman ini sebagai warna dari kehidupan, meski beberapa kali dirasa gusar, tetap keluhan jangan berkepanjangan.

Terkadang kita sering mengeluhkan kehidupan yang orang lain inginkan, tanpa melihat bagaimana cara mereka berjuang. Sejatinya, pendidikan adalah hak semua bangsa. Seantero penjuru nusa ini berhak mendapat pendidikan. 

Jangan hanya karena fasilitas yang lengkap kita menjadi lalai. Bersyukurlah atas semua nikmat. Dengan bersyukur kita bahagia. Bukan ketika kita bahagia kita bersyukur.

Sungguh, kesuksesan bukan hanya untuk mereka yang kaya dan tinggal di kota, tapi kita semua layak dan berhak sukses. @Rekanku Masita Ariani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun