Dalam ilmu fisika "gaya" identik dengan tekanan. Sejenak kita lihat rumus berikut ini:
Tekanan (P) = Gaya (F) : Luas Permukaan (A)
Upss, tapi kita tidak sedang bahas pelajaran IPA ya, hehe. Tapi, dari rumus diatas ada sebuah logika yang menyentuh. Tekanan hidup kita bergantung kepada besar atau kecilnya gaya kita. Itu berarti bahwa, semakin tinggi "gaya" seseorang, maka semakin tinggi pula "tekanan" yang dihasilkan. Jika tekanan meningkat, maka "modal" juga meningkat.
Maka dari itu, untuk mengecilkan tekanan, "gaya" harus kita kurangi dengan cara puasa. Memang benar, kita tidak bisa menolak kenyataan bahwa gaya itu penting. Tapi lagi-lagi kita kembali ke neraca keuangan kita. Untuk apa kita banyak gaya tapi dompet kita tertekan? Untuk apa banyak gaya jika hanya menghambur-hamburkan uang? Di sinilah bijaknya kita berpuasa "gaya".
Dengan puasa "gaya", kehidupan kita akan lebih sehat secara finansial. Bukan berarti tidak boleh bergaya, tapi mari berangsur kita sentuh aspek kebermanfaatan dari gaya tersebut. Jika kebermanfaatannya lebih besar dan mungkin mendesak, maka tiada salah kita bergaya. Tapi, jika sebaliknya, mendingan jangan, pikir-pikir dulu dengan matang, toh penyesalan akhir kadang lebih perih dari luka bakar. Hehe
Puasa "Jalan-Jalan"
Tidak terpungkiri bahwa jalan-jalan selalu mengasyikkan. Terlebih lagi jika perginya bersama keluarga ataupun pasangan. Momen jalan-jalan pun selalu meninggalkan kesan "indah", terbukti dengan banyaknya foto-foto mesra yang kita temui di story WA, FB, maupun IG. Destinasi wisata seakan Cuma jadi "Background" foto. Padahal, sejatinya destinasi wisata utamanya dijadikan tempat untuk menambah wawasan kita mengenai kearifan lokal. Tapi, apalah daya kaum milenial!
Jalan-jalan terlalu "sering" dan jauh juga dapat membuat keuangan  kita bobrok. Bagaimana tidak, dengan jalan-jalan otomatis kita telah membatalkan puasa jajan dan puasa gaya. Jika sudah jalan-jalan, pasti mau jajan, mau makan, dan tidak lupa mempersiapkan diri  dengan gaya yang enak dipandang mata.
Niatnya juga macam-macam, mulai dari sekedar membuang kesuntukan, refreshing, hingga mau terlihat kaya. Lagi-lagi, kita kembali berkaca pada diri dan berpikir sedikit kedepan. Jalan-jalan sesekali tidaklah apa. Yang berbahaya itu jika sudah jadi hobi, apalagi sampai berhutang hanya untuk pergi jalan-jalan. Meskipun dianggap sudah berpenghasilan tetap, kaya atau sejahtera, kita harus tetap menjaga stabilitas sistem keuangan kita. Meskipun kita "di bayar" oleh pemerintah untuk jalan-jalan "dinas", tetap jangan hamburkan kenikmatan itu.
Biar bagaimanapun, neraca keuangan kita harus lebih berat kepada investasi masa depan. Jangan malah berat ke defisit anggaran. Berkali-kali, kita perlu menatap ke depan, menatap asa yang lebih baik. Kita terkadang perlu memikirkan resiko terburuk pada diri kita dan bangsa ini dimasa depan. Dengan begitu, kita bisa melakukan persiapan sejak dini, minimal dengan menjaga stabilitas keuangan diri sendiri, dan lebih baik lagi bisa berdampak positif pada stabilitas sistem keuangan bangsa ini.
Salam, semoga memotivasi.