Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Adat Melaot Aceh Ditinjau dari Perspektif Psikologi

28 Desember 2018   01:53 Diperbarui: 28 Desember 2018   02:17 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan dimana orang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Masyarakat Aceh meyakini bahwa sebelum melakukan segala sesuatu harus diawali dengan doa yang bertujuan agar kegiatan yang dilakukan mendapatkan berkah dari Allah SWT.

Secara spiritual, rasa syukur adalah pengingat manusia akan penciptanya, Allah SWT, yang memberikan segala bentuk nikmat dan karunianya pada hamba-Nya. Kebersyukuran adalah perasaan ketakjuban dan apresiasi terhadap nikmat yang didapat walau nikmat yang dirasa hanya sedikit, dengan cara memperlihatkan pengaruh nikmat Ilahi pada diri seorang hamba. 

Caranya yaitu kalbunya memaknai dengan beriman kepada Allah, lisannya memuji dan menyanjung Allah, serta menggunakan anggota tubuhnya dengan mengerjakan amal ibadah sebagai ungkapan terima kasih pada Allah SWT. Menurut syara', syukur dibangun oleh tiga rukun yaitu hati, lisan, dan perbuatan (Munajjid, 2002; Abdullah, 2007; Makhdlori, 2007). 

Syukur dengan anggota badan (perbuatan) Menurut sebagian ulama pengertian syukur dengan anggota badan berarti senantiasa melaksanakan ketaatan dan berusaha menghindari kesalahan. Syukur melalui perbuatan biasanya berbentuk gerak dan perbuatan melalui kerja dan usaha. Intinya memfungsikan semua komponen tubuh untuk melakukan segala aktifitas yang bernilai ibadah pada Allah.

Bersyukur didefinisikan sebagai rasa berterima kasih dan bahagia sebagai respon penerimaan karunia, baik penerimaan tersebut merupakan keuntungan yang terlihat dari orang lain ataupun momen kedamaian yang ditimbulkan oleh keindahan alamiah (Seligman & Peterson, 2005). 

Al-Jauziyyah (2004) menjelaskan bahwa dasar syukur adalah kebenaran tekad, oleh karena seorang hamba diperintah untuk mewujudkan kebenaran tersebut kedalam dirinya dan orang lain, yang mana hal tersebut tidak lain sebagai hakikat makna syukur. Emmons dan McCullough (2003) menunjukkan bahwa bersyukur memiliki keuntungan secara emosi dan interpersonal. 

Hal tersebut disebabkan perasaan syukur dapat menimbulkan emosi yang positif seperti ketenangan batin, hubungan interpersonal yang lebih nyaman, dan kebahagiaan. Lebih lanjut di jelaskan bahwa dengan bersyukur individu mampu menerima dengan ikhlas segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupannya. 

Khanduri laot juga berkaitan dengan salah satu variabel psikologi yaitu dukungan sosial. Dukungan sosial mengacu pada berbagai sumber daya yang disediakan oleh hubungan  antar pribadi seseorang. 

Bentuk dukungan sosial yang terlihat pada khanduri laot seperti tangiable support, yaitu bantuan yang nyata yang berupa tindakan atau bantuan fisik dalam menyelesaikan tugas. 

Hal ini karena pada khanduri laot seluruh masyarakat ikut membantu dalam proses penyelenggaraan acara tersebut, baik bantuan secara fisik maupun tindakan. Bantuk dukungan sosial lainnya adalah belonging support yang menunjukkan perasaan diterima menjadi bagian dari suatu kelompok dan rasa kebersamaan (Cohen & Hoberman, 1985).

Dalam konteks Kenduri Laot, masyarakat mengadakan acara tersebut sebagai suatu bentuk kebersyukuran atas nikmat dan karunia yang diberikan oleh Allah atas rezeki yang telah mereka peroleh untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat daerah pesisir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun