Serangan Indonesia terlalu dominan bertumpu pada aksi Miliano Jonathans di sisi kanan. Pergerakan dari sisi kiri yang diisi Beckham Putra kurang maksimal dan tidak efektif.
Penyerang seperti Ragnar Oratmangoen tidak mendapatkan peluang berarti dan gagal mencatatkan tembakan sepanjang laga, menunjukkan kurangnya suplai bola atau variasi serangan.
Arab Saudi, di bawah pelatih Herve Renard, menunjukkan efektivitas yang lebih baik dalam penyelesaian akhir dan kontrol permainan.
Arab Saudi mendominasi penguasaan bola dengan perbandingan tipis (sekitar 55% berbanding 45% untuk Indonesia). Mereka berhasil melepaskan total 16 tembakan dengan 10 di antaranya tepat sasaran, jauh lebih banyak dari Indonesia (10 tembakan, 5 tepat sasaran), yang memaksa kiper Maarten Paes bekerja keras.
Gol ketiga Arab Saudi (menit ke-62) tercipta dari skema rebound usai penyelamatan Maarten Paes, menunjukkan agresivitas mereka dalam memanfaatkan bola muntah di kotak penalti.
DI kubu timnas Indonesia, kiper Maarten Paes menjadi salah satu pemain terbaik Indonesia dan dinilai sebagai Man of the Match berkat penyelamatan-penyelamatannya yang krusial, meski gawangnya kebobolan tiga kali.
Indonesia menunjukkan semangat juang tinggi hingga akhir laga, ditandai dengan gol kedua penalti dari Kevin Diks (sekaligus brace) di menit ke-88, bahkan saat unggul jumlah pemain setelah Mohamed Kanno dari Arab Saudi mendapat kartu merah. Namun, gol penyeimbang tidak berhasil tercipta.
Telaah Taktik Patrick Kluivert
Kekalahan Timnas Indonesia 2-3 dari Arab Saudi dalam laga Putaran Keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia membuat beberapa aspek taktik yang diterapkan oleh pelatih Patrick Kluivert menjadi sorotan dan dipertanyakan.
Secara umum, gaya melatih Kluivert dinilai membawa pendekatan yang lebih proaktif dan agresif ala Eropa dibandingkan dengan pendekatan sebelumnya. Namun, terdapat beberapa taktik minor atau keputusan yang dianggap kurang maksimal dalam pertandingan tersebut.
Salah satu kritik utama diarahkan pada performa lini tengah, khususnya pasangan gelandang bertahan (double pivot) Marc Klok dan Joey Pelupessy (atau pemain lain yang diturunkan, tergantung rotasi).
Klok dan Pelupessy dinilai kerap kehilangan bola dan kesulitan mengalirkan bola ke depan dengan baik, terutama di babak pertama. Hal ini menyebabkan transisi dari pertahanan ke serangan Indonesia menjadi tersendat.