Asesmen Berbasis Android: Memperparah Masalah Literasi
Meskipun perangkat Android bisa menjadi alat yang canggih, penggunaannya dalam ujian dengan soal pilihan ganda justru memperparah kelemahan literasi.
Platform digital memudahkan siswa untuk mencari jawaban di internet atau meminta bantuan dari teman. Kecurangan ini membuat penilaian tidak valid dan tidak dapat mengukur kemampuan literasi siswa yang sebenarnya. Meskipun ada sistem yang bisa mengunci layar peserta ujian, tetapi tetap ada celah yang bisa dimanfaatkan siswa.
Selain itu, gangguan teknis seperti koneksi internet yang lambat, aplikasi yang crash, atau layar yang tidak responsif dapat mengganggu fokus siswa. Fokus adalah prasyarat untuk membaca dan memahami teks yang kompleks, sehingga gangguan ini dapat menghambat proses literasi.
Keyboard virtual pada perangkat Android tidak ideal untuk mengetik teks panjang. Bahkan jika soalnya dalam bentuk esai, proses mengetik yang canggung dapat menghalangi siswa untuk mengekspresikan ide-ide kompleks secara leluasa.
Belajar dari pengalaman, kombinasi asesmen berbasis Android dan soal pilihan ganda menciptakan sebuah sistem penilaian yang efisien untuk diimplementasikan, memudahkan dalam pemeriksaan, tetapi sangat tidak efektif untuk meningkatkan dan mengukur kemampuan literasi. Format ini secara fundamental tidak mendukung keterampilan membaca, menulis, berpikir kritis, dan analisis yang merupakan fondasi dari literasi yang kuat.
Asesmen Berbasis Soal Esai
Soal esai, pada hakekatnya menuntut jawaban yang lebih bebas, luas, dan menantang siswa untuk berpikir secara mendalam dan terstruktur. Soal ini menguji kemampuan siswa untuk menganalisis, menyintesis informasi, dan mengembangkan argumen mereka sendiri. Soal esai sering kali memiliki pertanyaan yang lebih terbuka, mendorong siswa untuk mengeksplorasi ide-ide secara mandiri.
Asesmen berbasis esai mendorong siswa untuk terlibat dalam proses berpikir tingkat tinggi. Menulis esai secara rutin melatih siswa untuk menyusun kalimat yang efektif, mengembangkan paragraf yang kohesif, dan menggunakan tata bahasa yang benar. Ini adalah fondasi penting dari literasi tulis.
Sebelum menulis esai, siswa harus membaca dan memahami berbagai sumber informasi, seperti teks, grafik, atau data, untuk membangun argumen mereka. Proses ini mengasah kemampuan literasi informasi dan analisis kritis.
Esai menuntut siswa untuk tidak hanya mengingat fakta, tetapi juga mengevaluasi, membandingkan, dan menyintesis informasi. Mereka harus mampu mengambil posisi, mendukungnya dengan bukti, dan mengantisipasi argumen balik.
Melalui esai pula, siswa belajar cara mengkomunikasikan ide-ide kompleks secara jelas dan persuasif. Ini adalah keterampilan yang tak ternilai, baik di lingkungan akademis maupun profesional.