Sebuah video hoaks yang mengklaim Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut guru sebagai "beban negara" telah memicu kemarahan dan kekecewaan di kalangan para pendidik di Indonesia. Reaksi yang muncul menunjukkan betapa sensitif dan pentingnya isu ini bagi para guru.
Penggalan video diambil dari pidato Sri Mulyani di Forum Konvensi Sains, Teknologi dan Industri Indonesia di ITB, 7 Agustus 2025.
Kekecewaan dan kemarahan di media sosial menanggapi pernyataan Menkeu dalam potongan video tersebut dengan cepat timbul dan menyebar.Â
Sebagai seorang guru, saya pun ikut berkomentar di media sosial. Jelas saya marah jika profesi guru dianggap sebagai beban negara. Terlepas dari fakta bahwa video tersebut adalah hasil karya AI.
Setelah video yang sudah diedit tersebut menyebar luas, banyak guru dan pendidik meluapkan kekecewaan mereka di media sosial. Mereka merasa tidak dihargai, mengingat pengorbanan dan dedikasi yang telah mereka berikan untuk mencerdaskan bangsa.Â
Meskipun pada akhirnya Menkeu Sri Mulyani dikabarkan telah mengklarifikasi bahwa ia tidak pernah mengeluarkan pernyataan tersebut,tetapi terlanjur panas di kalangan guru hingga ke pelosok. Beragam meme dan video TikTok pun berhamburan sebagai respon atas frase "Guru adalah Beban Negara."
Beberapa komentar yang beredar di media sosial menunjukkan rasa sakit hati, mempertanyakan kembali peran dan jasa guru dalam membentuk generasi masa depan. Ada yang menulis, "Ibu ini bisa jadi menteri itu karena ada guru dan dosen, kok bisa lupa ya jasa guru dan dosennya?"
Organisasi profesi guru terbesar di Indonesia, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) menjadi salah satu pihak yang bereaksi. Mereka mengkritik pernyataan yang ada dalam video tersebut, sebelum akhirnya Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memberikan klarifikasi. Reaksi ini menunjukkan bahwa isu kesejahteraan dan penghargaan terhadap guru adalah hal yang sangat diperhatikan oleh organisasi profesi.
Menanggapi beredarnya video hoaks yang menyinggung Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut guru sebagai "beban negara", Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) menyampaikan kritik.
Kritikan tersebut antara lain (1) menolak anggapan Guru Beban Negara. PGRI dengan tegas menolak anggapan bahwa guru adalah beban negara. Mereka menekankan bahwa guru adalah garda depan dan pengabdi yang berperan penting dalam mencetak generasi penerus bangsa. (2) PGRI mendesak klarifikasi dari pihak terkait mengenai video yang beredar, karena hal tersebut menimbulkan keresahan di kalangan para pendidik. (3) Sebagai organisasi yang mewakili tenaga pendidik, PGRI menyuarakan keresahan anggotanya yang merasa tidak dihargai oleh pernyataan yang salah tersebut.
Sementara itu, Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) juga turut bereaksi keras terhadap video hoaks yang mengklaim Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut guru sebagai "beban negara". FSGI menilai pernyataan tersebut sangat menyakitkan dan melukai hati para guru yang telah berjuang keras untuk pendidikan.
Dalam pernyataannya, FSGI menegaskan bahwa guru bukanlah beban negara, melainkan investasi utama untuk membangun sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Tanpa guru, tidak akan ada generasi penerus bangsa yang berkualitas. Oleh karena itu, FSGI mendesak pemerintah untuk lebih menghargai profesi guru dan meningkatkan kesejahteraan mereka, bukan dengan pernyataan yang merendahkan.
FSGI juga menyerukan kepada para guru dan masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi oleh video yang belum jelas kebenarannya dan mengimbau agar selalu memeriksa fakta sebelum menyebarkan informasi
Klarifikasi dan fakta yang sebenarnya kemudian menyertai reaksi beragam dari kalangan guru.Â
Kementerian Keuangan dan Sri Mulyani sendiri telah membantah video tersebut. Mereka menegaskan bahwa video itu adalah hasil rekayasa atau manipulasi digital yang dikenal dengan deepfake dan potongan pidato yang tidak utuh. Pernyataan aslinya tidak pernah menyebut guru sebagai beban negara. Sebaliknya, Sri Mulyani dalam pidato aslinya berbicara tentang tantangan meningkatkan kesejahteraan guru dan dosen, dan apakah semuanya harus dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Penyebaran informasi hoaks ini menunjukkan betapa pentingnya bagi kita untuk lebih bijak dalam bermedia sosial dan selalu memeriksa kebenaran informasi. Reaksi emosional yang ditimbulkan oleh video tersebut menjadi bukti nyata betapa besar harapan dan sensitivitas para guru terhadap pengakuan dan penghargaan yang layak atas profesi mereka.
Di sisi lain, dengan memanasnya isu ini, besar harapan bahwa di masa mendatang, kesejahteraan guru di Indonesia benar-benar ditingkatkan dan bisa sebaik dengan beberapa negara lain di Asia, seperti Jepang, Korea Selatan dan negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI