Kwik Kian Gie meninggal dunia pada Senin malam, 28 Juli 2025, sekitar pukul 22.00 WIB, pada usia 90 tahun. Beliau sempat dirawat di Rumah Sakit Medistra, Jakarta, selama kurang lebih dua bulan.
Kwik Kian Gie tercatat pernah menjabat dua posisi menteri penting di Indonesia. Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri (EKUIN) Beliau menjabat posisi ini pada Kabinet Persatuan Nasional di bawah Presiden Abdurrahman Wahid, dari tanggal 29 Oktober 1999 hingga 23 Agustus 2000. Selanjutnya, beliau juga pernah menjabat Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) sekaligus Kepala Bappenas. Beliau kemudian menjabat posisi ini di bawah Presiden Megawati Soekarnoputri, dari tanggal 10 Agustus 2001 hingga 20 Oktober 2004.
Kepergian beliau tentu menjadi kehilangan besar bagi bangsa Indonesia, mengingat peran dan pemikiran kritisnya yang selalu memberikan warna dalam dunia ekonomi dan politik nasional. Beliau dikenal sebagai ekonom, pendidik, dan nasionalis sejati yang tak pernah lelah memperjuangkan kebenaran demi kepentingan rakyat dan negeri.
Kwik Kian Gie, seorang ekonom dan politikus senior Indonesia, dikenal luas karena pemikiran-pemikirannya yang tajam dan kritis. Ada beberapa pelajaran penting yang bisa kita ambil dari sosok beliau.
Kwik Kian Gie selalu dikenal dengan kemampuannya menganalisis masalah-masalah ekonomi dan politik dengan sangat tajam dan mendalam. Ia tidak segan menyuarakan kritik terhadap kebijakan pemerintah, bahkan ketika ia berada di dalam pemerintahan itu sendiri. Keberaniannya dalam menyampaikan pandangan yang berbeda, meski seringkali "melawan arus", adalah pelajaran berharga tentang pentingnya integritas intelektual dan keberanian moral dalam berdemokrasi.
Politisi PDIP ini dikenal dengan pemikiran kritisnya yang selalu berpihak pada kepentingan nasional dan ekonomi kerakyatan.
Ia sering memberikan kritik terhadap utang luar negeri dan pembangunan infrastruktur. Ia menyuarakan kekhawatirannya mengenai utang luar negeri Indonesia yang terus membengkak. Beliau mengkritik bahwa pembangunan infrastruktur, meskipun penting, seringkali dilakukan tanpa pertimbangan matang mengenai kemampuan negara membayar utang. Beliau menekankan bahwa utang harus digunakan untuk proyek-proyek yang benar-benar produktif dan memberikan manfaat jangka panjang bagi rakyat, bukan hanya "asal dibangun" tanpa memikirkan dampaknya terhadap keuangan negara di masa depan. Beliau berpendapat bahwa jika utang luar negeri digunakan secara tidak tepat, maka akan menjadi beban bagi generasi mendatang dan dapat merusak fondasi perekonomian.
Kwik Kian Gie adalah seorang yang sangat skeptis terhadap liberalisme ekonomi total dan intervensi asing yang berlebihan dalam perekonomian Indonesia. Beliau sering menyoroti adanya dugaan pengaruh asing yang luar biasa dalam pengambilan kebijakan ekonomi di Indonesia sejak tahun 1967. Menurutnya, liberalisme yang kebablasan dapat mengikis kedaulatan ekonomi bangsa dan merugikan kepentingan rakyat kecil. Beliau selalu menekankan pentingnya ekonomi kerakyatan dan kemandirian bangsa dalam menghadapi tekanan global.
Beliau juga menjadi salah satu kritikus vokal terhadap kebijakan privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Meskipun privatisasi seringkali beralasan untuk membayar utang negara, Kwik Kian Gie khawatir bahwa hal itu dapat melemahkan kontrol negara atas sektor-sektor strategis dan berpotensi merugikan kepentingan publik.
Selain itu, Kwik Kian Gie juga menjadi tokoh yang paling keras menentang pemberian Surat Keterangan Lunas (SKL) Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Beliau berargumen bahwa kebijakan tersebut bertentangan dengan aturan dan berpotensi merugikan keuangan negara, karena memberikan kelonggaran kepada para debitur yang seharusnya bertanggung jawab atas kredit macet.