Jalan rata sekitar 100 meter di puncak dengan jalan tanah berumput. Sangat sepi dan alami ditutupi kabut tebal. Seperti masuk di kampung awan saja. Dingin pun terasa menusuk kulit tangan saya yang terbuka.
Ada pondok dari terpal dengan beberapa perabotannya di samping jalan. Sepertinya pondok petani yang mengolah ladang jagung.Â
Jalur bekas ban motor  meuntun saya untuk melewati jalur tanah agar ban motor tak tergelincir. Ban trail standar saya masih labil dan mudah tergelincir di jalan berlumpur dan tanah kering berdebu.
Dan.... tiba-tiba saya tiba di sisi bukit di bagian kanan, sebelah barat laut dengan pemandangan yang sangat mempesona. Bentangan perbukitan hijau dengan beberapa kumpulan semak yang sangat alami. Ada kelompok sapi liar di ujung sana. Apakah ini yang disebut Tebing Romantis? Entahlah.
Tak ada rumah yang nampak sama sekali. Sunyi, sepi dan hanya sesekali dihiasi suara deru motor dari kejauhan yang mengambil rute dari Tebing Romantis Kendenan dari arah barat.Â
Rekan saya pun berhenti kemudian. Beliau berguman, "Lembang Bau memang surga yang tersebunyi."
Alam yang masih sangat alami. jauh dari tangan jahil manusia. Ahh... semoga abadi tidak tergerus zaman dan pembangunan.Â
Jalan tanah kali ini menurun dan menukik tajam. Salah sedikit memilih jalur bisa apes cium tanah air. Saya hati-hati sekali menuruninya. Tapi, terjalnya penurunan terbayar oleh pemandangan indah dan menakjubkan. Speechless!!! Mau ambil dokumentasi foto dan video pendek, susah. Motor sudah berhenti, tetapi terus bergerak.Â
Sekitar 5 menit kemudian, sayup terdengan pengeras suara. saya bertanya pada dua bapak-bapak berpakaian hitam khas orang Toraja di pinggir jalan. Tujaun saya ada di depan..sekitar 200 meter lagi. Saya berhenti sambil menunggu rekan saya.