Beberapa waktu yang lalu, KM 5 dengan tulisan Selamat Datang di Kota Makale Toraya Mala'bi', spot yang menjadi perhentian kedua bagi pengunjung yang memasuki Toraja setelah pintu gerbang di Kelurahan Salubarani; sempat viral karena banyaknya sampah. Dinas Kebersihan langsung membersihkan lokasi. Tetapi, perilaku membuang sampah sembarangan, entah dari warga lokal atau wisatawan lokal yang menjadikan spot tersebut sebagai rest area, seolah "lupa" mengendalikan semua sampah yang mereka hasilkan. Kondisi ini benar-benar menjadi tanda adanya tantangan serius untuk mewujudkan Tana Toraja Masero (bersih).
Mengendalikan sampah di tempat publik memang merupakan tantangan yang kompleks. Hampir semua daerah memiliki pergumulan yang sama. Kabupaten Tana Toraja pun saat ini sedang mengalaminya tiada henti.
Di sepanjang pinggir jalan trans Sulawesi, poros Makale-Enrekang, tumpukan sampah yang dibuang orang tak dikenal banyak ditemukan. Beberapa tempat sudah terpasang tanda larangan dari warga lokal dan pemerintah desa (lembang), tetapi sampah misterius tetap ada di sana. Pemandangan berulang berupa sampah bekas popok, sampah rumah tangga, jeroan dan kotoran ternak, dll.
Pertanyaannya, di kala Pemda Tana Toraja sudah menggalakkan program Tana Toraja Masero (bersih) dan bahkan dunia global pun sedang gencar-gencarnya kampanye terhadap keselamatan lingkungan, mengapa kepedulian terhadap pengendalian sampah tatap masih kurang?
Barangkali beberapa faktor berikut ini bisa menjadi latar belakang penyebabnya.
Kurangnya Kesadaran dan Edukasi Masyarakat
Ini adalah akar masalah yang paling mendasar. Tulisan peringatan sudah ada. Banyak orang masih belum menyadari dampak buruk dari membuang sampah sembarangan, baik terhadap lingkungan maupun kesehatan. Edukasi yang kurang efektif tentang pentingnya kebersihan dan pengelolaan sampah yang benar juga berkontribusi pada perilaku ini.
Sindrom NIMBY (Not In My Backyard) juga bisa menjadi masalah, di mana masyarakat menganggap sampah bukan lagi urusan mereka ketika sudah di luar rumah.
Keterbatasan Fasilitas dan Infrastruktur
Jumlah tempat sampah yang kurang memadai atau bahkan tidak adanya tempat sampah di lokasi turut menjadi pemicu. Seringkali, tempat sampah di tempat publik jumlahnya terbatas, terutama di area yang ramai.Â
Kondisi ini membuat orang malas mencari tempat sampah dan akhirnya membuang sampah sembarangan. Khusus di KM5, area pinggir sawah di sebelah kiri menjadi primadona membuang sampah. Padahal, di sekitarnya tumbuh padi dan tempat usaha ikan mas warga lokal.Â