Demikian tergodanya social energy yang membuncah di Lebaran sehingga letih terabaikan. Capek! Iya, kondisi ini pasti ada. Meskipun saya bukan penyelenggara silaturahmi tetapi sebagi penikmat suasana Lebaran, capek tetap menghinggapi saya. Tak berhenti bercerita ditambah perjalanan hingga ratusan kilometer tentunya menguras tenaga saya.Â
Mengelola social energy selama libur Lebaran sangat penting agar kita dapat menikmati waktu istirahat tanpa merasa kewalahan.
Sebagai orang dengan kategori extrovert, di Lebaran saya bisa mendapatkan energi dari interaksi sosial. Pahami di mana kita berada dalam spektrum ini.
Strategi Saat Berinteraksi Sosial di Lingkungan Heterogen
Meskipun saya termasuk extrovert dalam sebuah perbincangan dan kegiatan keluarga, tentunya saya wajib mengelola momentum. Pembicaraan boleh enggan untuk berujung, tetapi penting untuk menerapkan hal-hal berikut ini.
- Fokus pada kualitas, bukan kuantitas. Lebih baik memiliki beberapa interaksi yang bermakna daripada banyak interaksi yang dangkal dan menguras energi.
- Jangan merasa wajib. Kita tidak harus selalu ikut dalam setiap kegiatan atau percakapan. Jika kita merasa perlu istirahat, tidak apa-apa untuk menarik diri sejenak.
- Tetapkan batasan waktu. Jika kita menghadiri acara silaturahmi keluarga atau teman dengan durasi waktu yang lama, kita bisa menetapkan batasan waktu untuk diri sendiri. Misalnya, tidak apa-apa mengatakan, "Maaf, saya tidak bisa menginap, anak-anak ada kegiatan dengan teman-temannya nanti sore."Â
- Berikan diri izin untuk menolak. Tidak apa-apa untuk menolak undangan atau ajakan silaturahmi jika kita merasa tidak memiliki energi untuk itu. Jelaskan dengan sopan tanpa merasa bersalah.
- Praktikkan Mindful Socializing. Kita juga perlu hadir sepenuhnya dalam interaksi sosial. Dengarkan dengan aktif dan nikmati momen tersebut. Ini bisa membuat interaksi terasa lebih memuaskan dan tidak terlalu menguras energi. Keluarga atau kerabat pun akan merasa tergargai.
Kita tentunya pernah merasa lelah saat berkumpul di acara keluarga dan itu adalah hal yang wajar. Suasana ramai, interaksi yang intens, dan ekspektasi sosial bisa menguras energi. Berikut beberapa cara untuk mengatasi kelelahan tersebut tanpa harus sepenuhnya menarik diri dari sebuah perbincangan panjang.
Mengenali Tanda-Tanda Kelelahan
Penting untuk mengenali mulai munculnya tanda kelelahan, baik secara fisik, emosional dan mental. Dari segi fisik, gejalanya antara lain: keadaan merasa pusing, mata berkunang-kunang, badan pegal, dan merasa sangat lelah meskipun tidak banyak bergerakÂ
Pada sisi emosional, kita bisa saja mudah tersinggung, merasa kewalahan, ingin menyendiri, dan sulit fokus pada percakapan. Sementara pada aspek mentalm, pikiran terasa penuh, sulit berkonsentrasi, dan merasa jenuh dengan interaksi.
Strategi Menghindari Kelelahan
Silaturahmi di masa Lebaran tentunya terasa tanpa ada putusnya. Apalagi jika keluarga mengadakan semacam acara kecil-kecilan pula, katakanlah seperti arisan keluarga tahunan. Acaranya bisa panjang. Berikut strategi menghindari kelelahan yang bisa diterapkan.
Cari Tempat yang Lebih Tenang
Jika memungkinkan, cari sudut ruangan atau area yang lebih sepi untuk beristirahat sejenak dari keramaian. Kita bisa duduk diam, mengatur napas, atau sekadar melihat-lihat tanpa harus terlibat percakapan.
Ambil Napas Dalam-Dalam
Latihan pernapasan sederhana dapat membantu menenangkan sistem saraf. Tarik napas dalam-dalam melalui hidung, tahan beberapa detik, lalu hembuskan perlahan melalui mulut. Ulangi beberapa kali sampai merasa nyaman.