Oma Dian baru menghubungi anak-anaknya di tanah rantau ketika ia telah terawat dengan baik di RS. Sedikitpun ia tidak mau merepotkan anak-anaknya di luar sana. Ia juga tak mau banyak berharap dengan penghasilan anak-anaknya. Apalagi mereka telah berkeluarga.
Ketenangan hidup sendiri yang dijalani Oma Dian memang cukup sederhana. Selain hidup rukun dengan tetangga, ia pun memilih fokus mengumpulkan rupiah untuk menopang kebutuhan hidupnya dengan menunggui kios kecilnya.
Menghitung beberapa lembar uang setiap sore, pemasukan dari kios sudah cukup membuat saya senang. Jadi, tak pernah saya merasakan kesusahan. Untuk apa hidup susah jika masih bisa mencari kesibukan.
Wah, tips hidup sederhana Oma Dian ini patut saya contoh. Usianya yang sudah di atas 60 tahun masih terlihat segar di wajahnya di tengah himpitan kulit keriput karena usia.Â
Keakraban Oma Dian dengan para tetangga memang sangat terasa. Baik yang datang membeli maupun yang sekedar menyapa saat melintas.Â
Tetangga yang datang pun tak luput dari candaan saat berbelanja. Bahkan ketika ada pembeli yang lupa mengambil uang kembalian, Oma Dian akan berteriak memanggil. Ia bukan tipe wanita yang mau dikasihani. Rejeki sudah ada takarannya bagi setiap orang.
Meskipun di sekitar kiosnya berjejer beberapa warung remang-remang dan cafe, tak mengganggunya untuk buka kios hingga menjelang tengah malam. Orang-orang tetap menghargainya dan tak ada yang berniat kurang baik selama ini.
Terima kasih Oma Dian untuk cerita singkat kita selama 20 menit. Cerita bermakna dan renyah sambil menunggu hasil foto copy. Ada atomic habits luar biasa di masa lansianya. Kebiasaan itu telah menguatkan dan memberi semangat hidup bagi Oma Dian.
Sehat selalu oma. Sampai bersua di lain waktu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI