Memasuki Kelurahan Sima, di depan gereja Katolik, motor trail saya sempat membuat zig zag karena lumpur tebal di tengah jalan. Beruntung, saya tak terjatuh.Â
Pasar Lekke' terlihat sepi menjelang pukul 9 malam. Lampu listrik dari tenaga turbin memainkan cahaya kembang-kempis.Â
Saya sempat singgah minum air hangat di kantor sekretariat Panwaslu Kecamatan Simbuang di Lekke'. Ketika melintas, saya melihat ada kegiatan di sekretariat. Ketua Panwaslu Kecamatan Simbuang, bapak Pasa Maraya yang juga sedang mengutak-atik laptop mengajak saya singgah.Â
Memasuki Lembang Puangbembe Mesakada, perjalanan saya kembali terhenti beberapa puluh menit ketika di depan saya terdapat satu truk penuh muatan terjebak dalam lumpur. Sebenarnya bukan kubangan, tetapi aliran air sungai yang pernah ditimbun pada musim kemarau yang lalu.Â
Menurut sopir truk, sejak jam 3 sore mereka terjebak. Ban belakang mobil terendam lumpur. Waktu saat itu hampir pukul 10 malam. Posisi truk tak memungkinkan motor untuk lewat. Saya pun turut membantu menarik truk bersama sejumlah pemuda yang datang  dari Pasar Lekke'.Â
Butuh tiga kali percobaan menarik hingga truk berhasil keluar dari jebakan lumpur. Kata warga setempat, mungkin saya yang ditunggu. Kami masih sempat bercanda sebelum saya pamit melanjutkan perjalanan.Â
Setelah melewati sungai kecil tempat truk terjebak, Â saya melanjutkan ke tujuan saya yang tersisa sekitar dua kilometer lagi. Satu pagar pembatas ternak liar terbaru kembali menghadang saya. Selanjutnya kegiatan buka dan tutup saya lakukan.Â
Sisa perjalanan saya ditemani oleh tanjakan landai berbatu menuju tempat saya menginap. Bebatuan bertebaran sepanjang jalan. Mendekati lokasi, jalan makin becek dan berkumpur.Â
Akhirnya, saya tiba di UPT SMPN Satap 2 Simbuang pukul 10 malam. Ternyata, dari tadi rekan Calon Guru Penggerak yang saya dampingi menghubungi saya. Hanya saja jaringan internet dan telepon terbatas. Air hangat dan kopi pahit segera tersaji. Kami lama bercerita pada pondok di halaman eks bangunan sekolah yang menjadi tempat saya menginap. Banyak cerita yang tak mengenal kata berakhir. Makan malam jam setengah 12 malam terasa nikmat. Saya tertidur pulas pada pukul 2 subuh ketika dua orang masihnasik bercerita di pondok.Â