Mohon tunggu...
Mas Wahyu
Mas Wahyu Mohon Tunggu... In Business Field of Renewable Energy and Waste to Energy -

Kesabaran itu ternyata tak boleh berbatas

Selanjutnya

Tutup

Politik

Korupsi Demokrat, Kaderisasi Pak SBY Gagal?

28 Februari 2018   20:25 Diperbarui: 28 Februari 2018   20:34 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak SBY, Presiden RI ke-6 (foto milik reportasenews.com)

Ulasan dalam arikel ini tidak untuk menjatuhkan Pak SBY dan Partai Demokrat, namun ditujukan hanya semata-mata agar kita semua bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari fenomena yang terjadi pada sebuah partai yang pernah besar di Indonesia dan jatuh karena korupsi kader-kadernya.

Semoga Bermanfaat.

*******

Siapa yang tak kenal dengan Pak SBY? Yang tak kenal buang ke laut aja. Saya yakin semua kenal dengan Presiden Indonesia yang ke-6 ini. Presiden yang memerintah Indonesia selama dua periode berturut-turut pada 2004 -- 2009 dan 2009 -- 2014. Beliau tak hanya dikenal piawai dalam strategi militer, namun juga terkenal pandai berbicara baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.  Beliau satu-satunya Presiden yang sampai saat ini di era reformasi yang beruntung memerintah selama kurun waktu 10 tahun. Adalagi yang satu-satunya, beliau adalah Presiden yang bersuara merdu, yang bisa mengarang lagu sekaligus menyanyikannya dengan baik. Pak SBY memang hebat.

Ah, ada yang tertinggal, beliu adalah presiden Indonesia pertama yang terpilih melalui pemilihan langsung oleh rakyat Indonesia. Hal ini dimungkinkan setelah melalui amendemen UUD 1945.

Secara pribadi, Pak Beye --demikian beliau pun dipanggil-- dikenal juga sebagai orang yang gentleman, sopan dan bertata krama yang baik. Cara berbicaranya lancar dan teratur, kalimat yang keluar dari mulutnya terdengar jelas dan tegas. Menggambarkan kecerdasan. Saat berkomunikasi gerakan tubuhnya pun diatur sedemikian rupa sehingga menambah wibawa dan karisma. Selain beliau lelaki yang ganteng dan tinggi besar, juga dikenal sebagai figur seorang yang sayang keluarga, membimbing dan pelindung martabat keluarga.

Sebulan setelah diangkat oleh Presiden Megawati Soekarnoputri sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan Republik Indonesia, pada 9 september 2001, Pak SBY  mendirikan Partai Demokrat dengan lambang "mercy" yang mirip lambang merek mobil mewah Mercedes Benz dari Jerman.  Merebaknya khabar bahwa Pak SBY hendak mengikuti Pilpres 2004 melawan Presiden Megawati menyebabkan ketegangan hubungan keduanya. Lontaran Pak Taufik Kiemas "jenderal kok kayak anak kecil"kepada Pak SBY disebut menyebabkan makin memanasnya ketegangan tersebut.

Karena ketegangan yang terjadi dan merasa dikucilkan serta direndahkan, Pak SBY memilih mengundurkan diri dari Kabinet Megawati pada 11 Maret 2004. Angin baik bertiup kepada Pak SBY, sebab dukungan situasi politik saat itu yang berpihak kepadanya, Pak SBY pun dengan mudah meraih simpati yang luar biasa dari berbagai kalangan. Semua kalangan saat itu bersimpati karena menilai Pak SBY perlu dibela dan didukung karena ada unsur perlakuan yang tidak semestinya dari Pemerintahan Megawati.

Sejarah mencatat bahwa tingginya popularitas Pak SBY -Susilo Bambang Yudhoyono nama lengkap beliau- mampu membawa Partai Demokrat ke puncak kejayaannya selama satu dasa warsa pada rentang waktu 2004 -2014. Partai Demokrat beserta koalisinya. Pak SBY dan Partai Demokrat pun digadang-gadang bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik bagi bangsa dan negara. Rakyat dan hampir semua kalangan percaya dan mendukung apa yang dilakukan oleh Pak SBY saat itu.

Pada Pemilu Legislatif 2004, sebagai partai baru Partai Demokrat meraih suara sebanyak 7,45% (8.455.225) dari total suara dan mendapatkan kursi sebanyak 57 di DPR. Dengan perolehan tersebut, Partai Demokrat meraih peringkat ke 5 Pemilu Legislatif 2004.

Tak hanya itu, berpasangan bersama Pak Jusuf Kalla pada Pilpres 2004 dimana rakyat bisa memilih langsung presiden dan wakil presidennya untuk pertama kali di era reformasi, Pak SBY memenangkan pemilihan yang berlangsung dua putaran mengalahkan lawannya pasangan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi.

Kemenangan tersebut menaikkan popularitas dan dukungan rakyat pada Partai Demokrat, sehingga Parai Demokrat menjadi partai yang tak terkalahkan, di samping itu juga semakin menajamkan perseteruan antara Pak SBY dan Bu Megawati.

Tak berheni sampai disitu Wikipedia menulis, kejayaan itu berlanjut pada tahun 2009 -- 2014 Partai Demokrat  pada Pemilu Legislatif 2009 adalah mengulang sukses kembali menjadi pemenang dengan perolehan 148 kursi (26,4%) di DPR RI, setelah mendapat 21.703.137 total suara (20,4%). Partai Demokrat meraih suara terbanyak di banyak provinsi, hal yang pada pemilu sebelumnya tidak terjadi, seperti di Aceh, DKI Jakarta, dan Jawa Barat. Dengan perolehan itu, Partai Demokrat menjadi partai pemenang Pemilu.  

Lebih dahsyat lagi pada, Pilpres 8 Juli 2009, Pak SBY berpasangan dengan Boediono memenangkan lebih dari 60,08% (73.874.562) dari total suara di putaran pertama, yang memungkinkan dia untuk mengamankan pemilihan ulang tanpa run-off. Komisi Pemilihan Umum secara resmi menyatakan kemenangan tersebut pada 23 Juli 2009.

Selama rentang 10 tahun, pemerintahan di bawah kekuasan Pak SBY sangat kuat. Di samping kharisma Pak SBY juga dukungan DPR yang didominasi oleh kader-kader Partai Demokrat dan koalisinya.

Kemilaunya Pak SBY dan Partai Demokrat ternyata tak diikuti sepak terjang dari kader-kader muda utamanya. Kader-kader yang diharapkan meneruskan kejayaan Pak SBY dan Partai Demokrat ternyata terlibat korupsi yang menjadi musuh utama bangsa ini. Slogan yang berpegang teguh agar tidak melakukan korupsi "Katakan Tidak Pada Korupsi" ternyata hanya slogan yang tak bermakna. Slogan itu terpeleset menjadi "Katakan Tidak Padahal Korupsi.

Kader-kader muda utama Partai Demokrat sebagaimana disebut di bawah terlibat persekongkolan tindak pidana korupsi, dimana Pak SBY pada saat itu menyatakan perang terhadapnya.

Andi M. Mallarangeng

Jabatan: Bekas Menteri Pemuda dan Olahraga

Kasus: Proyek Hambalang

Hukuman: 4 tahun bui dan denda Rp 200 juta (Kasasi MA 9/4/2015)

Anas Urbaningrum

Jabatan: Bekas Ketua Umum Partai Demokrat

Kasus: Korupsi Hambalang

Hukuman: 14 tahun bui, denda Rp 5 miliar, dan uang pengganti Rp 57.592.330.580 (Kasasi MA 8/6/2015)

Hartati Murdaya

Jabatan: Bekas anggota Dewan Pembina Partai Demokrat

Kasus: Korupsi Buol

Hukuman: 2 tahun 8 bulan penjara dan denda Rp 150 juta (4/2/2013)

Jero Wacik

Jabatan: Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat

Kasus: Korupsi Dana Operasional Menteri

Hukuman: 4 tahun bui dan denda Rp 150 juta (9/2/2016)

Sutan Bhatoegana

Jabatan: Ketua DPP Partai Demokrat

Kasus: Korupsi ESDM

Hukuman: 10 tahun bui dan denda Rp 500 juta (19/8/2015)

Muhammad Nazaruddin

Jabatan: Bekas Bendahara Umum

Kasus: Pencucian Uang dan Korupsi Wisma Atlet

Hukuman: 6 tahun bui dan denda Rp 1 miliar pencucian uang (15/6/2016), 7 tahun bui dan denda Rp 300 juta (Kasasi MA 23/1/2013)

Angelina Sondakh

Jabatan: Bekas Wakil Sekjen Demokrat

Kasus: Korupsi Wisma Atlet

Hukuman: 10 tahun bui, denda Rp 500 juta, serta membayar uang pengganti Rp 2,5 miliar dan US$ 1,2 juta (Kasasi MA 30/12/2015)

Amrun Daulay

Jabatan: Bekas anggota DPR

Kasus: Korupsi Pengadaan Mesin Jahit dan Sapi di Kementerian Sosial

Hukuman: 17 bulan bui (12/1/2012)

Sarjan Taher

Jabatan: Bekas anggota DPR

Kasus: Korupsi Pelabuhan Tanjung Api-api

Hukuman: 4 tahun 6 bulan bui (2/2/2009)

As'ad Syam

Jabatan: Bekas anggota DPR

Kasus: Korupsi PLTD Muarojambi

Hukuman: 4 tahun bui (Kasasi MA 23/1/2009)

Agusrin M. Najamudin

Jabatan: Gubernur Bengkulu

Kasus: Korupsi Dana PBB

Hukuman: 4 tahun bui (Kasasi MA 11/1/2012)

Djufri

Jabatan: Anggota DPR

Kasus: Korupsi Pembelian Tanah Wali Kota Bukittinggi

Hukuman: 4 tahun bui (6/12/2012)

Murman Effendi

Jabatan: Bekas Bupati Seluma

Kasus: Suap Anggota DPRD

Hukuman: 2 tahun bui (21/2/2012)

Abdul Fattah

Jabatan: Bekas Bupati Batanghari

Kasus: Korupsi Pengadaan Mobil Pemadam Kebakaran

Hukuman: 1 tahun 2 bulan bui (26/11/2013)

Bahkan, Ibas atau Edhie Baskoro Yudhoyono, Sekretaris Jenderal Partai Demokrat yang juga putra kesayangan Pak SBY ini oleh Mohammad Nazaruddin, Yulianias dan Anas Urbaningrum disebut juga terlibat dalam tindak pidana korupsi.

Fakta yang disebut di atas berlawanan dengan prinsip Pak SBY yang selalu menjunjung tinggi pemberantasan korupsi. "Kini korupsi telah kita perlakukan sebagai kejahatan luar biasa yang penanganannya harus dilakukan dengan cara-cara yang luarbiasa pula," kata SBY saat sidang bersama Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah di gedung DPR, Jakarta, Jumat, 15 Agustus 2014.

Kesemuanya mempermalukan Pak SBY serta mencoreng moreng wajah Partai Demokrat. Akibatnya pun fatal, rakyat tak lagi percaya, simpati rakyat pada Partai Demokra drastis berkurang suara Partai Demokrat pun pada Pemilu Legislatif 2014 terjun bebas. Pemilu legislatif 2014 Partai Demokrat hanya menempati ranking ke-4 dengan suara 12.728.913 (10,19%) dari total suara. Kursi DPR turun 87 kursi menjadi hanya 61 kursi.

-------mw-------

Artikel ini ditayangkan juga di Penatajam.com dengan judul dan isi yang sama.

Sumber Bacaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun