Mohon tunggu...
Mas Wahyu
Mas Wahyu Mohon Tunggu... In Business Field of Renewable Energy and Waste to Energy -

Kesabaran itu ternyata tak boleh berbatas

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pilgub Jatim 2018, Khofifah Sarat Prestasi, Gus Ipul Hanya Menang Kumis

18 Februari 2018   19:24 Diperbarui: 22 Februari 2018   14:36 2757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Khofifah dan Gus Ipul (foto milik rakyat independen dot com)

Dari berbagai informasi yang bertebaran di web dapat dibandingkan pengalaman dan prestasi keduanya, semisal yang paling sederhana wikipedia tentang Khofifah dan Gus Ipul.

Khofifah dan Gus Ipul keduanya adalah putra daerah, keduanya lahir di Jawa Timur. Juga, mereka belajar di fakultas yang sama yaitu Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, namun berbeda kampus, Khofifah alumnus Universitas Airlangga, Surabaya, sementara Gus Ipul dari Universitas Nasional, Jakarta.  

Selanjutnya Khofifah mendapatkan gelar master di bidang ilmu sosial dari di Universitas Indonesia.  Dilihat dari tingkat pendidikannya Khofifah lebih tinggi dari Gus Ipul.

Walaupun lebih muda setahun, Khofifah lebih dulu aktif di percaturan politik nasional dibanding Gus Ipul. Pada 1992-1997, saat berumur 27 tahun Khofifah sudah menjadi Pimpinan Fraksi PPP DPR RI, sementara itu Gus Ipul aktif "hanya" menjadi Ketua GP Ansor pada 1999 saat ia berusia 35 tahun. Ia menduduki jabatan itu selama dua periode dalam rentang 10 tahun. Tak ada jabatan lain saat Gus Ipul dalam posisi itu, ia tak dilirik sama sekali oleh Pemerintah ataupun institusi lain untuk menjabat suatu posisi tertentu.

Berbeda dengan Gus Ipul, dinamika pengalaman Khofifah dalam rentang "stagnan"nya posisi Gus Ipul tersebut terus berubah ke arah yang lebih mematangkan Khofifah baik sebagai politisi maupun pejabat Pemerintah di pentas nasional.

Khofifah  tercatat sebagai politisi Senayan yang aktif sejak 1995-1999. Ia dipercaya sebagai pimpinan Komisi VIII DPR RI (1995-1997), anggota Komisi II DPR RI (1997-1998), Wakil Ketua DPR RI (1999), Sekretaris Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa MPR RI (1999),

Pada tahun 1999, Presiden Abdurrahman Wahid memilihnya sebagai Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan (1999-2001) sekaligus sebagai Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (1999-2001).

Tak dilirik oleh Presiden Megawati Soekarnoputri tak menyebabkan Khofifah berkecil hati. Ia tetap dipercaya danaktif dalam organisasi NU. Ia dipilih sebagai  Ketua Umum PP Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) (2000-2005).

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pun memilihnya sebagai salah satu Ketua PKB (1998-2002), anggota Dewan Pertimbangan DPP PKB (2000-2002), anggota Dewan Syuro DPP PKB (2000-2002), dan Wakil Sekretaris Dewan Syuro PKB (2002-2007). Kemudian Khofifah kembali ke Senayan sebagai  ketua Komisi VII DPR RI (2004-2006), Ketua Fraksi Kebangkitan Bangsa MPR RI (2004-2006), Anggota Komisi VII DPR RI (2006).

Selain itu, Khofifah juga aktif di berbagai forum bertaraf internasional. Dimana pengalaman-pengalaman itu tak dimiliki oleh Gus Ipul.

Khofifah banyak menoreh prestasi dan dipercaya sebagai ketua delegasi Pemerintah Indonesia di beberapa negara seperti menjadi Ketua Delegasi Republik Indonesia dalam "Women 2000, Gender Equality, Development and Peace for the Convention on The Ellimination of All Forms of Discrimination Against Women" di Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat, 28 Febuari 2000.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun