Saya tertantang untuk mencoba hunting foto malam hari dalam suasana hujan setelah membaca sebuah artikel tentang skandal foto Steve McCurry, fotografer kawakan yang karyanya banyak mendapat penghargaan dan banyak dimuat di majalah foto kenamaan seperti National Geographic.Â
Artikel itu membahas bahwa seorang fotografer kawakan juga bisa melakukan hal dianggap tidak etis dalam foto jurnalisme dengan mengubah foto karyanya sebelum dipublikasikan.Â
Dalam foto jurnalisme mengubah foto dianggap dalam batasan wajar jika hanya menambahkan saturasi warna, mengubah kontras, dan mempertajam foto. Tetapi menambah atau mengurangi unsur dalam foto dianggap sebagai hal yang kurang etis atau bahkan dianggap sebagai sebuah pelanggaran yang fatal.
Hujan memang sesuatu yang artistik tetapi juga sekaligus menantang apalagi pada tahun 1980-an saat fotografi dilakukan secara analog dan belum ada banyak alat yang tahan air.
Foto yang kedua adalah seorang penarik rickshaw atau sejenis becak dalam hujan. Aslinya ada 4 penumpang dalam fotonya tetapi dalam foto yang dipublikasikan di majalah hanya ada 2 penumpang saja. Dalam sebuah wawancara dengan majalah Time, Steve membela diri dengan mengatakan bahwa dirinya bukan photojournalist.
Editing saya lakukan hanya sebatas menambah atau mengurangi kontras, saturasi, gelap-terang, ketajaman, dan sedikit cropping.Â
Kebiasaan mengedit terlalu banyak akan menumpulkan ketrampilan fotografi karena kita menjadi malas berpikir sebelum memotret. Bagaimana pun juga foto yang kualitas dan komposisinya jelek tidak akan menjadi baik dengan pertolongan program pengedit foto apapun.
Teknikalitas
Kedua, dalam keadaan hujan orang cenderung bergerak dengan cepat karena tidak mau basah, maka shutter speed-nya harus berkisar 1/60, 1/125, atau bahkan 1/250 detik supaya foto tidak kabur, kecuali memang menginginkan efek tersebut.