Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hantu Resesi

5 September 2022   11:24 Diperbarui: 5 September 2022   11:54 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hantu I pixabay.com

Paling tidak efek perang Rusia Ukraina, inflasi dan kenaikan harga barang terdengar oleh Mat Dung. Babah Lo juga selalu menyediakan secangkir es teh di cangkir almunium untuk Mat Dung.

Keduanya sahabat lama tanpa kata. Ada yang beli buah banyak, biasanya Mat Dung yang sigap membantu membawakan buah ke kendaraan konsumen. Mat Dung juga yang membawakan buah-buah jualan Babah Lo dari mobil ke toko kalau pasokan buah datang. Keduanya mutualan dalam arti yang sesungguh di dunia bukan mutualan di dunia maya.

Mang Dalwo yang datang ke Warteg dan menjadi saksi keheningan serta mendengar sedikit informasi yang dijelaskan oleh Mat Dung tadi bertepuk tangan. Tepuk tangan itu membuat semua sadar dari keterpanaan pada Mat Dung.

"Tepat sekali, suhu Mat Dung itu Julius Shiskin. Julius buat buku "Signal of Recession of Recovery an Experiment with Monthly Reporting". Tahun 1961 diterbitkan oleh National Bureau of Economic Research. Orang Amerika," kata Mang Dalwo.

Giliran Mang Dalwo jadi pusat perhatian. Hanya Mang Dalwo cuek saja. Julukannya Mang Dalwo bukan tanpa alasan. Dalwo adalah singkatan modal hawo, itu Baso Pelembang. Bahasa Indonesia kira-kira modal hawa alias modal ngomong doang, ngoceh.

Mat Dung selamat dari tatapan pelanggan Warteg. Mang Dalwo yang kini jadi perhatian.

"Nasi tempe goreng 4, mihun".

Pesanan itu cepat diselesaikan oleh Asih, anak buah Mbak Retno pemilik Warteg.

Mang Dalwo pun menyambut piring yang berisi nasi, tempe goreng 4 potong dan tumis mihun. Pesanan langsung disantap tanpa basa basi. Lauk paling enak adalah lapar. Es teh manis pun langsung diseruput. 

Seger. Otak Mang Dalwo kembali mencari referensi. Mata Mang Dalwo agak sedikit cerah tak lagi  kuyu. Pikiran lancar jaya seperti bus lintas sumatra melintasi jalur tol Sumatra. Lapar dan haus sudah terlampiaskan.

Resesi itu tidak semudah disampaikan melalui mulut yang kering apalagi mulut yang bau. Mengumumkan resesi itu ibarat mengumumkan semua pemangku kepentingan harus mengikat pinggang lebih kencang termasuk juga dengan rakyat yang terdampak. Pemangku kepentingan harus bekerja keras agar resesi dapat diatasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun