Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Sekolah Epik Membangun SDM Indonesia

28 November 2021   08:06 Diperbarui: 28 November 2021   08:07 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat Hari Guru untuk seluruh guru formal di seluruh Indonesia. Tetap bertahan, terus konsisten untuk guru honor di pinggiran dan di daerah-daerah terpencil. Asamu pasti akan memecut murid-muridmu yang mungkin tidak mengenakan sepatu atau seragam yang layak tetapi mereka pasti akan lebih baik nantinya.

Perjuanganmu mencari sinyal mengarungi sungai, memanjat pohon, mendaki bukit bersama murid adalah keringat pantang menyerah. Semua adalah perjuangan demi membangun SDM INDONESIA. Keepikan mereka dalam membangun SDM bertebaran di dunia maya, dari seluruh Indonesia.

Mari mengendor ketegangan sejenak. Ada guru yang serius tapi tidak serius. Ada guru yang tidak ada nilai dalam bentuk angka 100 atau 0. Jarang orang menyebutnya dengan guru saking dekatnya padahal guru nonformal ini juga akan mempengaruhi kehidupan sepanjang masa.

Orang tua dengan kasih sayangnya, nilai-nilai keluarga, nilai-nilai budaya tempat tinggal. Nilai baik buruk dan soal-soal hubungan dengan sesama manusia. Peletak dasar pertama dan utama dalam pembentukan karakter diri seorang manusia.

Istri sebenarnya ini juga maha penting. Istri yang "sekolah" paling tidak membuka wawasan untuk memberikan nilai dan mengajari anak mengenai keterbukaan. Jangan lupa unsur kepintaran si anak dari DNA istri. Ini sekali lagi patut diketahui.

Suami jangan dikira tidak menjadi guru bagi anak-anaknya. Suami justru harus menjadi guru yang kreatif untuk anak-anaknya. Mulai dari ngajari membaca dan berhitung sederhana. Itu penting loh sebagai pondasi. Kalau sudah hitungan yang rumit serahkan ke istri atau gurunya atau ke Mbah Youtube kalau nggak kuat bayar les.

Ada hal lucu yang terkadang tak bisa dilakukan oleh istri, itu hanya bisa dilakukan oleh suami/bapak. Coba tanya ke bapak atau ingat-ingat apa yang diajarkan dilakukan bapak tetapi tidak diajarkan oleh ibu.

Mari kencangkan urat saraf lagi. Guru itu jangan diingat kalau lagi marahnya. Apalagi kalau sambil membawa mistar kayu satu meter. Jangan. Itu hanya bisa dimengerti oleh orang yang mengalami pendidikan zaman dulu dengan kursi kayu dan meja kayu berlantai semen yang terkelupas.

Penulis Opini di Kompasiana ini merupakan salah satu saksi mistar kayu satu meter. Tidak bisa "kalian tujuh" paha kena "pok" mistar. Lupa potong kuku hari Senin pagi "pok". Maaf orang tua penulis tidak marah-marah ke guru apalagi sampai mendatangi sekolah dan melapor ke polisi atau sampai memukul guru.

Orang tua malah menitipkan roti gabing (cracker sekarang) dibungkus kertas koran dan sepucuk surat. Isi surat permohonan maaf kedua orang tua karena kelakuan anak dan ucapan terima kasih sudah mendidik dan mengajari anaknya. Itu terjadi ketika bagi rapor catur wulan pertama kelas dua SD.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun