Satu kecupan lembut di kening, membuat perempuan itu berhenti meracau untuk gelas keempat yang memabukkan. Kubisikkan, "aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Waktu yang akan menguji".
"Ingatlah Film Notebook. Bebas anak masih belum selesai. Masih ada waktu untuk menikmati pergulatan dari satu kota ke kota lain. Kita masih belum mengunjungi tempat-tempat yang dianggap suci."
"Semua akan baik-baik saja", bisikku. Dengan sempoyongan akhirnya berdua pulang ke kamar untuk rekreasi. Ini tiga perempat mabuk. Kalau mabuk beneran ya tidur.
Kepala ini sebenarnya tidak kuat dengan eksploitasi tubuh perempuan untuk anak. Usaha prokreasi terkadang membuat kelucuan dan menyakitkan bagi perempuan. Kultural itu berat. Semua itu adalah pilihan. Harus diputuskan berdua. Kalau hanya diputuskan oleh satu orang itu namanya egois.
Bagi mereka yang akan kawin dan berencana untuk bebas anak maka buku "Childfree by Choice"
The Movement Redefining Family and Creating a New Age of Independence yang ditulis oleh DR Amy Blackstone boleh sebagai satu pertimbangan.
Salam Kompal