Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

O 2 X

8 Juli 2019   10:08 Diperbarui: 8 Juli 2019   10:11 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika melihat ke  smartphone,  tidak ada sinyal. "Sungguh ini perjalanan gila," pikir perempuan.

Sudah  kadung.  Perempuan itupun menyeberangi jembatan gantung. Lantai jembatan banyak bolongnya. Jantungnya kini berdetak kencang.

Pondok itu kosong. Hanya ada perapian dengan sepanci air yang sudah mendidih. Ada ubi rebus.  Ada  sleeping bag.  Ada lampu kecil  solar cell.

Lelah lahir batin. Duduk di atas batu di pinggir sungai. Air matanya kembalil menetes. Doa kembali dilantunkan. Suara burung. Suara khas aliran deras. Orkestra alam.

Semburat jingga terlihat. Malam mendekat. Leher tercekat.

Seorang lelaki tiba-tiba muncul dari tikungan sungai. Perempuan itu melesat layaknya anak panah. Memeluk lelaki yang dicarinya. Tangis meledak.

"Apa yang terjadi. Tak ada kabar apapun. Kamu sehatkan?" katanya setelah menenangkan diri.

Sang lelaki tidak memberi jawaban. Hanya memberi kecupan di dahi dan menyodorkan ubi rebus. Ada pepaya.  Nangko belando  alias sirsak.

"Jawab!" ujar perempuan meledak. Sang lelaki tidak menjawab justru memeluk dan mengusap air mata yang kembali mengalir di pipi perempuan yang kini terlihat samar. Lampu kecil  solar cell  tak mampu melihat senyum kecil di wajah lelaki. Perempuan itu kelelahan dan tertidur.

Menjelang subuh, satu kecupan mendarat di wajah perempuan. Tubuhnya bergelung dan merenggang. Tangannya memukul-mukul.

Paginya si perempuan terpaksa mandi di sungai yang mengalir deras. Mandi bersarung. Airnya dingin. Menggigil. Si lelaki akhirnya memeluknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun